Mohon tunggu...
Tupari
Tupari Mohon Tunggu... Guru di SMA Negeri 2 Bandar Lampung

Saya adalah pendidik dan penulis yang percaya bahwa kata-kata memiliki daya ubah. Dengan pengalaman lebih dari 21 tahun di dunia pendidikan, saya berusaha merangkai nilai-nilai moral, spiritual, dan sosial ke dalam pembelajaran yang membumi. Menulis bagi saya bukan sekadar ekspresi, tapi juga aksi. Saya senang mengulas topik tentang kepemimpinan, tantangan dunia pendidikan, sosiologi, serta praktik hidup moderat yang terangkum dalam website pribadi: https://tupari.id/. Kompasiana saya jadikan ruang untuk berbagi suara, cerita, dan gagasan yang mungkin sederhana, namun bisa menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Guru Itu Pembelajar Sejati dan Mendalam

30 Agustus 2025   07:10 Diperbarui: 30 Agustus 2025   05:48 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Guru-guru SMA N 2 Bandar Lampung sedang mengikuti kegiatan IHT Implementasi Kurikulum Merdeka. (Sumber: Dok. Pribadi/Tupari) 

Seorang guru sedang praktik membuat peta konsep asesmen. (Sumber: Dok. Pribadi/Tupari) 
Seorang guru sedang praktik membuat peta konsep asesmen. (Sumber: Dok. Pribadi/Tupari) 

Belajar Mendalam: Bukan Hanya untuk Siswa

Dalam literatur pendidikan, istilah deep learning atau pembelajaran mendalam sering dikaitkan dengan kemampuan siswa untuk memahami, menganalisis, dan mengaitkan pengetahuan. Namun, prinsip yang sama juga berlaku untuk guru.

Belajar mendalam bagi guru berarti tidak hanya mengikuti pelatihan untuk mendapatkan sertifikat, melainkan benar-benar menyelami makna di balik materi. Ia menuntut keterbukaan untuk berefleksi, keberanian untuk mencoba hal baru, dan kesediaan untuk mengakui kekurangan.

John Dewey, filsuf pendidikan Amerika, menegaskan bahwa pendidikan sejati lahir dari refleksi pengalaman. Guru yang bersedia merefleksi pengalamannya akan terus tumbuh, sementara guru yang berhenti belajar akan kehilangan relevansinya di hadapan siswa.

Kolaborasi adalah fondasi utama terciptanya pembelajaran yang bermakna. (Sumber: Dok. Pribadi/Tupari) 
Kolaborasi adalah fondasi utama terciptanya pembelajaran yang bermakna. (Sumber: Dok. Pribadi/Tupari) 

Tantangan: Dari Administrasi ke Substansi

Salah satu tantangan besar pendidikan di Indonesia adalah beban administratif guru. Tidak sedikit guru mengaku lebih banyak waktunya habis untuk mengisi dokumen dibanding merancang pembelajaran yang bermakna.

Di sinilah pentingnya pelatihan seperti IHT. Guru diajak kembali ke substansi: bahwa inti tugas mereka bukanlah memenuhi format laporan, melainkan mendampingi siswa belajar. Asesmen yang sejati tidak lahir dari tumpukan kertas, tetapi dari interaksi nyata di kelas.

Sering kali guru terjebak dalam birokrasi pendidikan, mereka kehilangan ruang refleksi profesional dan peran sosial sebagai agen perubahan.” Padahal, guru adalah agen perubahan yang berhubungan langsung dengan masa depan generasi bangsa.

Guru sebagai Pembelajar Sepanjang Hayat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun