Mohon tunggu...
Tupari
Tupari Mohon Tunggu... Guru di SMA Negeri 2 Bandar Lampung

Saya adalah pendidik dan penulis yang percaya bahwa kata-kata memiliki daya ubah. Dengan pengalaman lebih dari 21 tahun di dunia pendidikan, saya berusaha merangkai nilai-nilai moral, spiritual, dan sosial ke dalam pembelajaran yang membumi. Menulis bagi saya bukan sekadar ekspresi, tapi juga aksi. Saya senang mengulas topik tentang kepemimpinan, tantangan dunia pendidikan, sosiologi, serta praktik hidup moderat yang terangkum dalam website pribadi: https://tupari.id/. Kompasiana saya jadikan ruang untuk berbagi suara, cerita, dan gagasan yang mungkin sederhana, namun bisa menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Guru Itu Pembelajar Sejati dan Mendalam

30 Agustus 2025   07:10 Diperbarui: 30 Agustus 2025   05:48 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Guru-guru SMA N 2 Bandar Lampung sedang mengikuti kegiatan IHT Implementasi Kurikulum Merdeka. (Sumber: Dok. Pribadi/Tupari) 

Prinsip Asesmen: Berkeadilan, Edukatif, dan Objektif

Salah satu fokus utama IHT adalah pemahaman tentang asesmen. Selama ini, asesmen sering identik dengan ujian tulis, angka, dan ranking. Padahal, asesmen sejatinya adalah cara untuk memahami proses belajar siswa, bukan semata-mata memberi label berhasil atau gagal.

Dalam Kurikulum Merdeka, asesmen dipandang sebagai bagian integral dari pembelajaran. Ada tiga prinsip utama yang ditekankan:

  1. Berkeadilan
    Asesmen harus memperhatikan keberagaman siswa. Setiap anak memiliki latar belakang, gaya belajar, dan ritme perkembangan yang berbeda. Guru dituntut adil dalam memberi kesempatan kepada semua siswa, bukan hanya mereka yang pintar secara akademis.

  2. Edukatif
    Asesmen tidak boleh berhenti pada angka. Ia harus memberi umpan balik yang membangun, mendorong siswa mengenali kekuatan dan kelemahannya, serta memberi arah untuk perbaikan. Dengan demikian, asesmen menjadi sarana belajar, bukan sekadar alat ukur.

  3. Objektif
    Guru harus menilai berdasarkan bukti nyata capaian siswa. Objektivitas penting agar hasil asesmen tidak dipengaruhi oleh faktor subjektif seperti kedekatan personal atau stereotip.

Ketiga prinsip ini menegaskan bahwa asesmen sejati adalah asesmen yang berpihak pada siswa.  Evaluasi bukanlah tujuan akhir, melainkan alat untuk memperbaiki proses. Dengan kata lain, asesmen seharusnya mendidik, bukan menghakimi.

Praktik Guru: Belajar Melalui Pengalaman

Di ruang pelatihan, guru SMA Negeri 2 Bandar Lampung tidak hanya menerima teori, tetapi juga berlatih langsung. Mereka menyusun instrumen asesmen, berdiskusi dalam kelompok, dan mempresentasikan hasilnya. Dari situ, lahir kesadaran bahwa teori hanya akan hidup jika dipraktikkan.

Bu Ulin Nuha, salah satu guru peserta menyampaikan refleksinya: “Kami belajar bahwa asesmen tidak boleh lagi menjadi sekadar alat seleksi. Ia harus menjadi jembatan agar siswa berkembang. Itu artinya, kami pun harus belajar mendalam, bukan hanya menyalin format ujian lama.”

Pernyataan sederhana ini mencerminkan pergeseran paradigma. Guru tidak lagi melihat asesmen sebagai beban administratif, tetapi sebagai ruang belajar bersama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun