Mohon tunggu...
Tupari
Tupari Mohon Tunggu... Guru di SMA Negeri 2 Bandar Lampung

Saya adalah pendidik dan penulis yang percaya bahwa kata-kata memiliki daya ubah. Dengan pengalaman lebih dari 21 tahun di dunia pendidikan, saya berusaha merangkai nilai-nilai moral, spiritual, dan sosial ke dalam pembelajaran yang membumi. Menulis bagi saya bukan sekadar ekspresi, tapi juga aksi. Saya senang mengulas topik tentang kepemimpinan, tantangan dunia pendidikan, sosiologi, serta praktik hidup moderat yang terangkum dalam website pribadi: https://tupari.id/. Kompasiana saya jadikan ruang untuk berbagi suara, cerita, dan gagasan yang mungkin sederhana, namun bisa menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mouse yang Hilang, Tikus yang Merajalela

28 Agustus 2025   11:35 Diperbarui: 28 Agustus 2025   11:35 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Sama-sama mouse namun memberikan dampak yang jauh berbeda. (Sumber: Dok. Pribadi/Dibuat dengan AI)

Hari ini saya kehilangan mouse laptop. Sepele, tapi dampaknya luar biasa. Pekerjaan yang biasanya rapi, cepat, dan presisi mendadak jadi serba lamban. Jari saya harus bolak-balik menekan touchpad, kursor sering melompat ke arah yang tidak saya maksud, dan alur kerja terganggu. Maklum, saya lebih nyaman dan terbiasa bekerja menggunakan mouse ketimbang touchpad

Dari mouse kecil ini, saya belajar sesuatu: betapa benda mungil bisa sangat menentukan ritme dan hasil pekerjaan.

Namun dari renungan kecil itu, ingatan saya melompat jauh ke dunia yang lebih luas. Dari mouse, saya teringat pada “tikus.” Ya, tikus yang menjadi simbol koruptor. Sama-sama kecil, sama-sama hewan pengerat, tapi maknanya berbeda jauh. Mouse di laptop membantu kita bekerja, sementara “tikus” di dunia nyata justru merusak sistem yang kita bangun dengan susah payah.

Mouse: Benda Kecil, Dampak Besar

Kehilangan mouse membuat saya sadar, terkadang kita meremehkan hal-hal kecil yang justru menopang hal besar. Mouse hanyalah perangkat tambahan, tidak sebesar laptop, tidak secanggih prosesor, tidak seglamor layar. Tetapi tanpanya, pekerjaan bisa jadi tersendat.

Bayangkan: seorang desainer yang terbiasa menggambar detail, seorang editor video yang harus memotong detik demi detik, atau seorang penulis yang harus berpindah cepat dari satu tab ke tab lain. Semua terasa lebih mudah dengan mouse. Hilang sebentar saja, produktivitas langsung menurun drastis.

Di sini saya menemukan benang merahnya. Dalam kehidupan sosial, ternyata banyak hal besar yang ditentukan oleh “hal-hal kecil” yang tidak selalu kita perhatikan.

Dari Mouse ke Tikus

Simbol “tikus” untuk koruptor sudah lama melekat dalam benak publik. Alasannya sederhana: tikus dikenal sebagai hewan pengerat, perusak, rakus, dan sulit diberantas. Mereka menyelinap di gelap, memakan apa saja, dan sering muncul di tempat-tempat kotor.

Bedanya, tikus sungguhan hanya merusak lumbung padi atau gudang makanan, sementara tikus koruptor merusak sistem sosial, ekonomi, bahkan masa depan bangsa. Mereka menggerogoti anggaran pendidikan, kesehatan, pembangunan, bahkan dana bencana.

Jika kehilangan mouse membuat saya repot pribadi, keberadaan tikus koruptor membuat seluruh rakyat sengsara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun