Ini bukan hanya masalah individu, tetapi sistem. Selama ada celah, selama ada budaya permisif, selama ada lingkungan yang membiarkan, tikus akan selalu tumbuh.
Belajar dari Mouse
Lalu apa pelajaran dari mouse yang hilang tadi? Bahwa sesuatu yang kecil bisa membawa dampak besar. Jika mouse kecil saja bisa membuat pekerjaan terhambat, bayangkan betapa besarnya dampak tikus koruptor yang jumlahnya ribuan.
Di sisi lain, mouse mengajarkan kita tentang fungsi kecil yang penting. Masyarakat kecil, suara-suara kecil, peran-peran kecil di level individu, ternyata bisa menjadi kunci untuk mencegah tikus merajalela.
Setiap warga yang berani menolak gratifikasi, setiap pegawai yang menolak ikut arisan uang haram, setiap orang tua yang menanamkan nilai kejujuran kepada anaknya, mereka adalah “mouse” kecil yang bisa membantu melawan tikus besar.
Tikus vs Generasi Baru
Ada satu harapan besar: generasi baru yang lahir di era digital. Mereka hidup dalam keterbukaan informasi, terbiasa dengan transparansi, dan lebih kritis terhadap ketidakadilan. Jika generasi ini bisa tumbuh dengan mental “mouse” - kecil, sederhana, tapi memudahkan hidup orang lain - maka ada peluang kita membangun bangsa yang bebas dari tikus.
Namun harapan saja tidak cukup. Diperlukan sistem yang mendukung: pendidikan antikorupsi sejak dini, transparansi anggaran yang mudah diakses publik, serta penegakan hukum yang tidak pandang bulu.
Penutup: Dari Mouse untuk Tikus
Kehilangan mouse laptop membuat saya jengkel seharian. Tapi lebih jengkel lagi rasanya melihat tikus-tikus koruptor yang menggerogoti negeri. Mouse bisa dengan mudah kita beli baru di toko, tapi tikus korupsi tidak bisa diganti sesederhana itu.
Mereka hanya bisa diberantas dengan kesadaran bersama, keberanian menolak, dan sistem yang kuat.