Mohon tunggu...
Tupari
Tupari Mohon Tunggu... Guru di SMA Negeri 2 Bandar Lampung

Saya adalah pendidik dan penulis yang percaya bahwa kata-kata memiliki daya ubah. Dengan pengalaman lebih dari 21 tahun di dunia pendidikan, saya berusaha merangkai nilai-nilai moral, spiritual, dan sosial ke dalam pembelajaran yang membumi. Menulis bagi saya bukan sekadar ekspresi, tapi juga aksi. Saya senang mengulas topik tentang kepemimpinan, tantangan dunia pendidikan, sosiologi, serta praktik hidup moderat yang terangkum dalam website pribadi: https://tupari.id/. Kompasiana saya jadikan ruang untuk berbagi suara, cerita, dan gagasan yang mungkin sederhana, namun bisa menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mouse yang Hilang, Tikus yang Merajalela

28 Agustus 2025   11:35 Diperbarui: 28 Agustus 2025   11:35 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Sama-sama mouse namun memberikan dampak yang jauh berbeda. (Sumber: Dok. Pribadi/Dibuat dengan AI)

Ini bukan hanya masalah individu, tetapi sistem. Selama ada celah, selama ada budaya permisif, selama ada lingkungan yang membiarkan, tikus akan selalu tumbuh.

Belajar dari Mouse

Lalu apa pelajaran dari mouse yang hilang tadi? Bahwa sesuatu yang kecil bisa membawa dampak besar. Jika mouse kecil saja bisa membuat pekerjaan terhambat, bayangkan betapa besarnya dampak tikus koruptor yang jumlahnya ribuan.

Di sisi lain, mouse mengajarkan kita tentang fungsi kecil yang penting. Masyarakat kecil, suara-suara kecil, peran-peran kecil di level individu, ternyata bisa menjadi kunci untuk mencegah tikus merajalela.

Setiap warga yang berani menolak gratifikasi, setiap pegawai yang menolak ikut arisan uang haram, setiap orang tua yang menanamkan nilai kejujuran kepada anaknya, mereka adalah “mouse” kecil yang bisa membantu melawan tikus besar.

Tikus vs Generasi Baru

Ada satu harapan besar: generasi baru yang lahir di era digital. Mereka hidup dalam keterbukaan informasi, terbiasa dengan transparansi, dan lebih kritis terhadap ketidakadilan. Jika generasi ini bisa tumbuh dengan mental “mouse” - kecil, sederhana, tapi memudahkan hidup orang lain - maka ada peluang kita membangun bangsa yang bebas dari tikus.

Namun harapan saja tidak cukup. Diperlukan sistem yang mendukung: pendidikan antikorupsi sejak dini, transparansi anggaran yang mudah diakses publik, serta penegakan hukum yang tidak pandang bulu.

Penutup: Dari Mouse untuk Tikus

Kehilangan mouse laptop membuat saya jengkel seharian. Tapi lebih jengkel lagi rasanya melihat tikus-tikus koruptor yang menggerogoti negeri. Mouse bisa dengan mudah kita beli baru di toko, tapi tikus korupsi tidak bisa diganti sesederhana itu.

Mereka hanya bisa diberantas dengan kesadaran bersama, keberanian menolak, dan sistem yang kuat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun