Mohon tunggu...
Tupari
Tupari Mohon Tunggu... Guru di SMA Negeri 2 Bandar Lampung

Saya adalah pendidik dan penulis yang percaya bahwa kata-kata memiliki daya ubah. Dengan pengalaman lebih dari 21 tahun di dunia pendidikan, saya berusaha merangkai nilai-nilai moral, spiritual, dan sosial ke dalam pembelajaran yang membumi. Menulis bagi saya bukan sekadar ekspresi, tapi juga aksi. Saya senang mengulas topik tentang kepemimpinan, tantangan dunia pendidikan, sosiologi, serta praktik hidup moderat yang terangkum dalam website pribadi: https://tupari.id/. Kompasiana saya jadikan ruang untuk berbagi suara, cerita, dan gagasan yang mungkin sederhana, namun bisa menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mouse yang Hilang, Tikus yang Merajalela

28 Agustus 2025   11:35 Diperbarui: 28 Agustus 2025   11:35 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Sama-sama mouse namun memberikan dampak yang jauh berbeda. (Sumber: Dok. Pribadi/Dibuat dengan AI)

Tikus di Balik Angka

Laporan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menunjukkan, setiap tahun ada puluhan hingga ratusan kasus korupsi yang ditangani. Modusnya berulang: suap, pengadaan barang dan jasa, gratifikasi, hingga penyalahgunaan jabatan. Angka kerugian negara akibat korupsi bisa mencapai triliunan rupiah setiap tahunnya.

Triliunan itu bukan sekadar angka di layar kalkulator. Ia adalah jalan yang tidak selesai, sekolah yang tidak berdiri, obat yang tidak tersedia, subsidi yang tidak pernah sampai. Setiap rupiah yang digerogoti tikus koruptor adalah hak rakyat yang lenyap.

Seperti kehilangan mouse membuat pekerjaan kita tersendat, kehilangan uang negara akibat tikus koruptor membuat kehidupan rakyat semakin berat.

Tikus yang Tidak Pernah Kenyang

Ada satu sifat tikus yang membuatnya cocok sebagai simbol korupsi: rakus dan tidak pernah puas. Tikus bisa memakan lebih banyak daripada yang dibutuhkannya. Ia bukan hanya mencari makan untuk hidup, tetapi juga karena naluri merusak.

Demikian pula dengan koruptor. Tidak jarang kita mendengar pejabat yang sudah kaya raya tetap saja mencuri. Mereka bukan hanya mengamankan kebutuhan hidup, tetapi ingin menumpuk kekayaan, memperluas pengaruh, dan memuaskan keserakahan.

Inilah ironi besar bangsa kita: rakyat kecil berjuang dengan susah payah untuk makan sehari-hari, sementara tikus koruptor berpesta pora dengan uang negara.

Kenapa Tikus Sulit Dibasmi?

Kita tahu, tikus di rumah sangat sulit diusir. Sekali satu mati, yang lain muncul. Mereka berkembang biak cepat, pandai bersembunyi, dan sering bekerja secara berkelompok.

Begitu pula dengan korupsi. Setiap kali satu kasus besar terbongkar, muncul kasus baru di tempat lain. Bahkan sering kita lihat pejabat yang baru saja menggantikan posisi orang yang dipenjara karena korupsi, ternyata ikut mengulang perbuatan yang sama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun