Jika kita ingin demokrasi yang lebih sehat, bukan soal memilih antara jalanan atau suara maya. Kita perlu menata ruang-ruang itu agar perdebatan bisa berlangsung tanpa korban, dan suara rakyat benar-benar didengar bersih, adil, dan bermartabat. Karena dalam demokrasi sesungguhnya, kedaulatan bukan di atas kertas, melainkan hidup dalam denyut rakyat.
Aksi di DPR pada Agustus 2025 menjadi cermin bahwa rakyat tidak akan tinggal diam ketika kebijakan dirasa melukai rasa keadilan. Demonstrasi boleh saja menimbulkan kontroversi, tetapi di baliknya ada pesan besar: kedaulatan tidak boleh direduksi menjadi formalitas di gedung parlemen, ia hidup di jalanan, di suara digital, dan di hati rakyat.
Maka, pertanyaan yang patut kita renungkan bersama adalah:
- Apakah DPR sungguh mendengar suara rakyat yang mereka wakili?
- Apakah aparat benar-benar hadir untuk melindungi warga, bukan sebaliknya?
- Dan apakah kita, sebagai masyarakat sipil, cukup kritis menjaga kedaulatan ini agar tidak digadaikan?
Selama pertanyaan-pertanyaan itu masih relevan, tulisan ini akan tetap hidup. Karena pada akhirnya, kedaulatan memang masih, dan harus selalu, berada di tangan rakyat.
Salam Damai untuk negeriku.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI