Mohon tunggu...
Tupari
Tupari Mohon Tunggu... Guru di SMA Negeri 2 Bandar Lampung

Saya adalah pendidik dan penulis yang percaya bahwa kata-kata memiliki daya ubah. Dengan pengalaman lebih dari 21 tahun di dunia pendidikan, saya berusaha merangkai nilai-nilai moral, spiritual, dan sosial ke dalam pembelajaran yang membumi. Menulis bagi saya bukan sekadar ekspresi, tapi juga aksi. Saya senang mengulas topik tentang kepemimpinan, tantangan dunia pendidikan, sosiologi, serta praktik hidup moderat yang terangkum dalam website pribadi: https://tupari.id/. Kompasiana saya jadikan ruang untuk berbagi suara, cerita, dan gagasan yang mungkin sederhana, namun bisa menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Berdiri Menyambut Siswa itu Investasi Emosional, Branding Sekolah, atau Sekadar Gaya-Gayaan?

26 Juli 2025   09:17 Diperbarui: 25 Juli 2025   12:31 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para guru berdiri menyambut kehadiran siswa. (Dokumen Pribadi/Tupari)

Berdiri Menyambut Siswa itu Investasi Emosional, Branding Sekolah, atau Sekadar Gaya-Gayaan? 

Di banyak sekolah, pemandangan guru berdiri menyambut siswa di depan pintu gerbang atau depan kelas menjadi rutinitas harian. Ada yang melakukannya karena memang sudah masuk SOP, ada pula yang sekadar menjalankan perintah tanpa tanya. 

Tak sedikit pula yang dengan tulus berdiri, menyapa satu per satu siswa dengan senyum dan sapaan hangat.

Namun, di tengah tren yang mulai menjadikan aktivitas ini sebagai branding sekolah atau konten media sosial, muncul pertanyaan yang lebih kritis:

Apakah berdiri menyambut siswa masih murni sebagai bentuk cinta dan perhatian, atau telah bergeser menjadi ritual gaya-gayaan demi eksistensi? Apakah ini lahir dari kesadaran mendalam sebagai bagian dari standing for learning atau hanya FOMO (fear of missing out)?, sekadar ikut-ikutan demi terlihat keren dan kekinian?

Jika kita lihat lebih dalam, niat dan ruh dari tindakan ini sangat penting.
Ketika guru berdiri dengan hati, menyambut siswa dengan kesadaran bahwa ia sedang membangun relasi manusiawi yang bermakna, maka itulah investasi emosional.

Tapi ketika guru berdiri karena ada absensi khusus, pengawasan kepala sekolah, atau karena semua sekolah lain sudah begitu, maka bisa jadi itu hanya ritus kosong formalitas tanpa ruh, branding tanpa makna.

Saya percaya, berdiri menyambut siswa bukan hanya kebiasaan baik, melainkan tindakan sadar yang bernilai revolusioner.
Sikap itu adalah bagian dari perlawanan halus terhadap model pendidikan yang kaku, birokratis, dan berjarak. 

Inilah yang saya sebut sebagai bentuk Standing for Learning, yaitu berdiri bukan sekadar postur fisik, melainkan sikap batin guru yang hadir sepenuhnya untuk murid-muridnya.

Di tengah sistem pendidikan yang kadang mendorong guru menjadi sekadar operator kurikulum dan penginput nilai, berdiri menyambut siswa adalah "pembangkangan" kecil nan bermakna.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun