Mohon tunggu...
Tupari
Tupari Mohon Tunggu... Guru di SMA Negeri 2 Bandar Lampung

Saya adalah pendidik dan penulis yang percaya bahwa kata-kata memiliki daya ubah. Dengan pengalaman lebih dari 21 tahun di dunia pendidikan, saya berusaha merangkai nilai-nilai moral, spiritual, dan sosial ke dalam pembelajaran yang membumi. Menulis bagi saya bukan sekadar ekspresi, tapi juga aksi. Saya senang mengulas topik tentang kepemimpinan, tantangan dunia pendidikan, sosiologi, serta praktik hidup moderat yang terangkum dalam website pribadi: https://tupari.id/. Kompasiana saya jadikan ruang untuk berbagi suara, cerita, dan gagasan yang mungkin sederhana, namun bisa menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Berdiri Menyambut Siswa itu Investasi Emosional, Branding Sekolah, atau Sekadar Gaya-Gayaan?

26 Juli 2025   09:17 Diperbarui: 25 Juli 2025   12:31 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para guru berdiri menyambut kehadiran siswa. (Dokumen Pribadi/Tupari)

Sebuah pernyataan diam-diam yang berkata:

“Aku guru, dan aku masih memanusiakan muridku.”

Filosofi di Balik Berdiri Menyambut

Paulo Freire, dalam Pedagogy of the Oppressed, mengkritik sistem pendidikan “banking system”, di mana siswa hanya dianggap sebagai wadah kosong untuk diisi ilmu. Pendidikan sejati, menurutnya, lahir dari relasi dialogis dan pengakuan terhadap siswa sebagai subjek yang utuh.

Dan menyambut siswa di awal hari adalah langkah pertama dalam membangun dialog itu.

Dirangkum dari berbagai sumber, Paulo Freire adalah seorang filsuf dan pendidik asal Brasil yang dikenal luas sebagai bapak pendidikan kritis. Ia lahir pada 19 September 1921 dan wafat pada 2 Mei 1997. 

Karya-karyanya, terutama bukunya yang terkenal Pedagogy of the Oppressed (1970), telah menginspirasi gerakan pendidikan di seluruh dunia, terutama pendidikan yang berpihak pada rakyat tertindas, miskin, dan terpinggirkan.

Demikian pula dengan falsafah pendidikan dari Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara:

Ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.

Berdiri menyambut siswa adalah bentuk keteladanan. Bukan untuk menunjukkan kekuasaan, tapi menghadirkan semangat dan rasa hormat yang tumbuh dari relasi yang sejajar. Guru tidak sedang “turun derajat”, justru sedang mengangkat harkat pendidikan yang memanusiakan manusia.

Guru Hadir Menyambut dan Menyapa Siswa. (Foto oleh Lusmani)
Guru Hadir Menyambut dan Menyapa Siswa. (Foto oleh Lusmani)

Standing for Learning, Bukan Sekadar Standing for Content

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun