Anak Corat-Coret Dinding, Anak Nakal?Â
Tadi malam saya bertamu ke rumah seorang teman. Begitu masuk, mata saya langsung tertumbuk pada dinding-dinding rumahnya. Bukan putih bersih, bukan juga penuh lukisan mahal. Tapi penuh dengan coretan spidol, gambar krayon, tangan-tangan kecil yang 'berkreasi tanpa izin'.
Saya tersenyum. Ini seperti deja vu.
Saya pernah melewati masa itu, saat anak-anak masih kecil. Merek butuh ruang untuk berkreativitas dan bertumbuh. Tak ayal dinding rumah menjadi 'kanvas bebas', sudut ruangan dipenuhi stiker karakter kartun yang sudah setengah mengelupas, dan rumah tak pernah benar-benar rapi... tapi hati selalu hangat.
Dulu saya sempat berpikir, kenapa rumah tak bisa seindah katalog interior? Namun, ini jawabannya:
Karena rumah dengan anak kecil bukan galeri seni. Tapi laboratorium tumbuh kembang.
Coretan-coretan itu bukan kotoran, melainkan jejak proses anak belajar mengekspresikan diri. Gambar-gambar yang tak berbentuk itu adalah kode awal dari kreativitas. Dan kebisingan yang kadang bikin pusing itu, adalah bukti hidupnya dunia kecil mereka.
Jika ingin anak yang kreatif, jangan hanya belikan pensil warna, biarkan ia punya ruang untuk salah. Biarkan ia bereksperimen, bahkan jika itu artinya wallpaper mahal jadi korban.
Karena rumah yang "berantakan" oleh anak-anak hari ini, adalah pondasi masa depan yang tertata lebih baik.
Dan mungkin...
dinding yang penuh coretan itu adalah karya seni terbesar yang tak akan pernah dipajang di galeri manapun - kecuali di hati orang tuanya.
Ternyata, apa yang kita anggap "kerusakan" di dinding rumah, justru bisa jadi fondasi kecerdasan anak.
Menurut penelitian dari American Academy of Pediatrics (AAP), anak-anak usia dini belajar melalui eksplorasi sensorik dan visual. Artinya, aktivitas seperti mencorat-coret dinding bukan sekadar 'nakal' atau 'usil', melainkan bentuk awal dari:
- Kemampuan motorik halus dan kasar,
- Ekspresi emosi,
- Pemahaman tentang ruang dan bentuk,
- dan bahkan kecerdasan visual-spasial, yang berkaitan erat dengan kreativitas dan pemecahan masalah.
Sementara itu, studi oleh Dr. Kathy Hirsh-Pasek (Temple University) menunjukkan bahwa lingkungan rumah yang suportif, tidak terlalu kaku, dan memberikan ruang bermain bebas sangat berpengaruh pada perkembangan kognitif dan sosial anak di usia prasekolah.
Anak-anak yang diberi kesempatan untuk berekspresi tanpa terlalu banyak larangan cenderung tumbuh lebih percaya diri, lebih mudah beradaptasi, dan lebih kreatif dalam menyelesaikan masalah.
Penelitian lain juga memberikan insight bahwa:
1. Scribbling (coret-coret) adalah fase penting perkembangan seni
Menurut Antara News, fase scribbling berlangsung pada usia 2-4 tahun, saat anak membuat goresan berulang yang belum bermakna Psikolog Reti Oktania menyarankan: "Ajak anak menamai dan memaknai gambarnya... Motivasi anak untuk terus berkarya dan perluas wawasannya".
2. Stimulasi visual = kebutuhan perkembangan anak
Eko Nugroho Art Class menyebut rutinitas mencoret dinding sebagai sinyal kebutuhan stimulasi visual anak usia 2-6 tahun karena tembok dianggap 'kanvas besar' yang menarik.
3. Manfaat coretan: motorik, emosi, dan ekspresi diri
Menurut KlikDokter, mencoret dinding meningkatkan kemampuan motorik halus, koordinasi mata-tangan, dan kemampuan ekspresif anak.
4. Program "Mewarnai" dan ikatan bunda-anak
Penelitian Universitas Negeri Malang (Jurnal PG-PAUD Trunojoyo, 2024) menemukan bahwa kelas mewarnai bersama orang tua dan anak:
- Meningkatkan kelekatan emosional (secure attachment),
- Membangun rasa percaya diri anak dalam berekspresi,
- Memperkuat komunikasi keluarga.Â
Kreativitas buah hati ini jangan dibatasi atau dilarang, selagi hal ini tidak membahayakan dirinya. Jangan malu atau marah jika dinding rumah menjadi kotor penuh coretan atau ruangan yang berantakan karena mainan berserakan. Namun, hal ini bisa diantisipasi dengan bijak. Berikut tips penting bagi orang tua yang saat rumah penuh coretan:
Alihkan tanpa mematikan kreativitas:
Sediakan "tembok khusus" atau papan tulis besar yang boleh dicorat-coret sesuka hati. Ini memberi anak ruang eksplorasi tanpa merusak area lain.Sediakan alat ekspresi yang aman:
Seperti krayon non-toxic, spidol yang bisa dicuci, atau cat air khusus anak. Semakin banyak pilihan, semakin besar kemungkinan anak menuangkan ide-ide hebat.Ajak anak bicara tentang karyanya:
Tanyakan, "Itu gambar apa ya?" atau "Wah, kamu bikin cerita apa di sini?" Ini membantu anak belajar bercerita dan melatih berpikir logis.Fokus pada proses, bukan hasil:
Tak semua coretan harus "bagus" atau bermakna. Tapi proses mencoret itu sendiri adalah proses neurologis penting yang memperkuat koneksi otak. Jadi biarkan saja anak mencoret sesuai imajinasinya.Dokumentasikan dan rayakan:
Sesekali ambil foto dinding-dinding penuh coretan. Suatu saat nanti, itu akan jadi harta karun kenangan yang tak ternilai. Ketika anak sudah remaja atau dewasa, ini akan menjadi cerita hangat bersama keluarga.
Sebagai penutup, kadang mungkin kita lupa bahwa anak-anak tidak hanya tumbuh dari makanan bergizi dan pendidikan yang baik. Mereka juga tumbuh dari ruang yang membebaskan, perhatian yang hangat, dan izin untuk kotor dan untuk salah.
Rumah dengan dinding penuh coretan bukanlah rumah yang semrawut - melainkan laboratorium kreatif dan ruang ekspresi untuk tumbuh kembang anak. Coretan ini membawa manfaat besar: meningkatkan motorik, memperkuat ikatan emosional, dan membentuk anak yang percaya diri dan penuh kreativitas.Â
Jadi jika suatu hari kamu merasa rumahmu terlalu penuh coretan...
Ingatlah bahwa itu bukan tanda rumah yang kotor. Tapi tanda rumah yang hidup.
Referensi:
- Antara News (2023)
Kenali Tahapan Perkembangan Seni pada Anak Sesuai Usia
https://www.antaranews.com/berita/3433311/kenali-tahapan-perkembangan-seni-pada-anak-sesuai-usiaEko Nugroho Art Class - Anak Suka Coret Tembok? Bisa Jadi Ini Tanda Butuh Stimulasi Visual
ttps://www.ekonugrohoartclass.com/anak-suka-coret-tembok-stimulasi-visual - KlikDokter.com (2023)
Manfaat Coret-Coret Dinding Bagi Anak
https://www.klikdokter.com/ibu-anak/kesehatan-anak/manfaat-coret-coret-dinding-bagi-anak - Jurnal PG-PAUD Universitas Trunojoyo Madura (2024)
Parenting Foundation Class: Mewarnai sebagai Sarana Membangun Secure Attachment Orang Tua dan Anak
(oleh Yulianingsih, dkk.)
https://www.researchgate.net/publication/381559577 - SIT Permata Surabaya
Anak Kreatif dengan Coret-Coret Tembok
https://www.sitpermatasby.sch.id/berita/detail/428629
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI