Mohon tunggu...
Tupari
Tupari Mohon Tunggu... Guru di SMA Negeri 2 Bandar Lampung

Saya adalah pendidik dan penulis yang percaya bahwa kata-kata memiliki daya ubah. Dengan pengalaman lebih dari 21 tahun di dunia pendidikan, saya berusaha merangkai nilai-nilai moral, spiritual, dan sosial ke dalam pembelajaran yang membumi. Menulis bagi saya bukan sekadar ekspresi, tapi juga aksi. Saya senang mengulas topik tentang kepemimpinan, tantangan dunia pendidikan, sosiologi, serta praktik hidup moderat yang terangkum dalam website pribadi: https://tupari.id/. Kompasiana saya jadikan ruang untuk berbagi suara, cerita, dan gagasan yang mungkin sederhana, namun bisa menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Anak Corat-Coret Dinding, Anak Nakal?

12 Juli 2025   16:08 Diperbarui: 12 Juli 2025   15:56 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dinding rumah yang penuh coretan, tanda kreativitas anak. Sumber: Dok. Pribadi

Menurut penelitian dari American Academy of Pediatrics (AAP), anak-anak usia dini belajar melalui eksplorasi sensorik dan visual. Artinya, aktivitas seperti mencorat-coret dinding bukan sekadar 'nakal' atau 'usil', melainkan bentuk awal dari:

  • Kemampuan motorik halus dan kasar,
  • Ekspresi emosi,
  • Pemahaman tentang ruang dan bentuk,
  • dan bahkan kecerdasan visual-spasial, yang berkaitan erat dengan kreativitas dan pemecahan masalah.

Sementara itu, studi oleh Dr. Kathy Hirsh-Pasek (Temple University) menunjukkan bahwa lingkungan rumah yang suportif, tidak terlalu kaku, dan memberikan ruang bermain bebas sangat berpengaruh pada perkembangan kognitif dan sosial anak di usia prasekolah.

Anak-anak yang diberi kesempatan untuk berekspresi tanpa terlalu banyak larangan cenderung tumbuh lebih percaya diri, lebih mudah beradaptasi, dan lebih kreatif dalam menyelesaikan masalah.

Penelitian lain juga memberikan insight bahwa:

1. Scribbling (coret-coret) adalah fase penting perkembangan seni

Menurut Antara News, fase scribbling berlangsung pada usia 2-4 tahun, saat anak membuat goresan berulang yang belum bermakna Psikolog Reti Oktania menyarankan: "Ajak anak menamai dan memaknai gambarnya... Motivasi anak untuk terus berkarya dan perluas wawasannya".

2. Stimulasi visual = kebutuhan perkembangan anak

Eko Nugroho Art Class menyebut rutinitas mencoret dinding sebagai sinyal kebutuhan stimulasi visual anak usia 2-6 tahun karena tembok dianggap 'kanvas besar' yang menarik.

3. Manfaat coretan: motorik, emosi, dan ekspresi diri

Menurut KlikDokter, mencoret dinding meningkatkan kemampuan motorik halus, koordinasi mata-tangan, dan kemampuan ekspresif anak.

4. Program "Mewarnai" dan ikatan bunda-anak

Penelitian Universitas Negeri Malang (Jurnal PG-PAUD Trunojoyo, 2024) menemukan bahwa kelas mewarnai bersama orang tua dan anak:

  • Meningkatkan kelekatan emosional (secure attachment),
  • Membangun rasa percaya diri anak dalam berekspresi,
  • Memperkuat komunikasi keluarga. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun