Di sisi lain, benar-benar melawan mafia itu berbahaya. Butuh keberanian, butuh dukungan penuh dari aparat, dan yang paling berat: butuh kesediaan untuk kehilangan kawan sendiri. Karena faktanya, banyak pejabat atau politisi yang punya irisan kepentingan dengan mafia. Maka, berteriak lebih aman ketimbang benar-benar berperang.
Jalan yang Seharusnya
Kalau serius mau melawan mafia, jalannya bukan teriakan, tapi operasi senyap. Harus ada strategi komando yang rapat, sistem pengawasan yang kuat, dan tim eksekusi yang tidak bisa dibeli. Semua dijalankan tanpa publikasi, tanpa konferensi pers, tanpa drama. Baru setelah hasilnya terlihat, misalnya penangkapan besar-besaran atau pembongkaran jaringan, publik diberi tahu.
Seperti pepatah:Â diam-diam menghanyutkan, lalu sekali pukul mematikan.
Rahasia yang Tak Pernah Dimulai
Sayangnya, selama pemimpin kita lebih suka mikrofon ketimbang strategi, perang melawan mafia akan tetap jadi rahasia yang tak pernah dimulai. Rakyat hanya akan terus mendengar jargon yang sama, dengan ending yang sama: mafia tetap berjaya, korupsi tetap mengakar, dan kita tetap jadi penonton di panggung sandiwara.
Yang kita butuhkan bukanlah orasi baru, tapi aksi nyata. Bukan deklarasi perang, melainkan operasi rahasia. Bukan lagi janji, tapi bukti.
Dan selama itu tidak terjadi, jangan heran kalau rahasia perang melawan mafia hanya akan terus menjadi cerita kosong, sebuah perang yang tak pernah benar-benar ada.***
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI