Mohon tunggu...
Tuhombowo Wau
Tuhombowo Wau Mohon Tunggu... Penulis | Analis Politik

Menjadi Kompasianer sejak Januari 2019 | Menulis lintas disiplin tanpa batasan genre. Mencari makna lewat berbagai sudut, dari hal-hal paling sunyi hingga yang paling gaduh.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Lowongan Kerja atau Audisi Model?

25 Juni 2025   23:00 Diperbarui: 26 Juni 2025   05:48 811
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Contoh iklan lowongan kerja yang lebih mirip seleksi model | Gambar olahan pribadi

Pernah baca lowongan kerja untuk posisi staf gudang atau admin, lalu merasa sedang membuka pendaftaran Miss Universe?

Saya pernah. Bahkan sering. Dan saya bertanya-tanya: ini lowongan kerja, atau audisi sinetron?

Mari kita lihat contoh nyata yang sering muncul:

"Wanita lajang, usia maksimal 25 tahun, tinggi minimal 160 cm, berat badan proporsional, berpenampilan menarik, lampirkan foto full body."

Padahal posisi yang ditawarkan: Admin Gudang.
Apa ini karena lemari arsipnya terlalu tinggi? Atau karena komputer hanya bisa digunakan oleh yang punya dagu lancip?

Lucunya, ini bukan hal langka. Iklan seperti ini menjamur, seolah seluruh dunia kerja Indonesia dikelola oleh agensi model yang nyambi jadi HRD.

Tinggi Badan, Warna Kulit, dan Cinta yang Belum Sempurna

Banyak HR kita masih sibuk menghitung centimeter tubuh ketimbang kemampuan kerja.

Masih percaya mitos bahwa karyawan ideal harus lajang, supaya tidak ribet minta izin pulang cepat karena anak demam.

Lalu mereka heran kenapa turnover tinggi.
Mereka lupa bahwa yang mereka rekrut bukan karyawan, tapi manekin, dan manekin tidak bisa kerja.

Beberapa syarat yang sering muncul dan layak masuk museum absurditas:

"Bisa mengendarai sepeda motor, punya SIM C" --- untuk posisi admin yang kerja dari balik meja.

"Berdomisili maksimal 5 km dari kantor" --- karena sinyal Wi-Fi kantor tidak menembus jarak lebih jauh.

"Berpenampilan menarik" --- padahal posisi di bagian gudang tertutup kontainer.

Dan tentu saja:

"Usia maksimal 25 tahun" --- karena setelah itu otak dianggap expired.

HR atau Hanya Repot?

Yang menyedihkan adalah: ini bukan soal selera pribadi HR semata. Tapi tentang budaya kerja yang malas berpikir dan enggan berubah.

Lebih mudah menyaring CV pakai kriteria fisik daripada betul-betul menilai kompetensi dan karakter kerja.

Padahal tugas HR bukan jadi juri fashion week. Tapi jadi penjaga kualitas SDM perusahaan.

Kalau kualifikasinya seperti kriteria kontes kecantikan, jangan heran kalau yang didapat justru karyawan yang bagus di foto, tapi hilang saat ditugasi laporan.

Saatnya Waras

Rekrutmen bukan tentang tampang. Bukan tentang tinggi badan. Bukan tentang status pernikahan. Rekrutmen adalah tentang siapa yang mampu kerja dengan baik.

Mau cari staf gudang? Lihat kekuatan fisik, ketelitian, dan kejujurannya. Bukan bentuk rahangnya.

Mau cari admin? Lihat kerapian data dan kemampuannya multitasking. Bukan warna kulitnya.

Karena jika dunia kerja dipenuhi kriteria seleksi seperti ini, mungkin kita semua butuh CV baru:

"Nama: Budi. Tinggi 180. Kulit kuning langsat. Jomblo. Berpengalaman angkat kardus dan patah hati."

***

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun