Episode 8: Kembalinya Masa Lalu
Darius tahu, perasaannya pada Sasha bukanlah sekadar ketertarikan biasa. Ia sadar, ia jatuh cinta. Perasaan posesifnya yang dulu ia anggap sebagai bawaan lahir kini berubah menjadi hasrat untuk melindungi. Ia ingin mengikat Sasha, bukan dengan rantai, tetapi dengan perhatian dan kasih sayang. Ia merasa, Sasha adalah satu-satunya orang yang bisa mengisi kekosongan yang ia rasakan.
Suatu sore, Darius datang ke apartemen Sasha. Ia membawa makanan, tahu bahwa Sasha sering lupa makan saat melukis. Sasha terkejut. "Pak Darius... Anda tidak perlu repot-repot."
"Aku tidak repot," jawab Darius, meletakkan kotak makanan di meja. "Dan panggil aku Darius saja."
Sasha terdiam, canggung. "Tapi... itu tidak sopan."
Darius tersenyum tipis. "Kebebasan untuk memanggilku apa pun adalah milikmu, Sasha. Aku tidak akan memaksamu."
Ucapan itu membuat Sasha sedikit luluh. Darius berbeda dari orang-orang dominan yang ia kenal. Ia tidak memaksakan kehendaknya. Perasaan nyaman mulai tumbuh, dan Sasha memutuskan untuk mencoba.
"Darius," panggil Sasha, suaranya pelan. "Kenapa kau tidak pernah menceritakan tentang Darian?"
Darius terdiam. Ia menatap lukisan Darian yang hampir selesai. Di lukisan itu, Darian tersenyum ceria, namun mata yang dilukis Sasha memancarkan kesedihan yang mendalam. Sasha telah berhasil menangkap jiwa Darian.