Bagian 10: Antara Cemburu dan Kerelaan
Malam itu, Ayla tidak bisa tidur. Ia berulang kali memikirkan apa yang ia lihat di kafe. Pria yang ia mulai buka hati, pria yang selalu mengejarnya, kini terlihat bersama adik tirinya sendiri. Adik yang telah tumbuh menjadi wanita cantik, yang kini menjadi manajer operasional di bimbel langganan kateringnya.
Keesokan harinya, Arya datang ke kantor Ayla. Ia melihat Ayla dengan wajah cemas dan penuh penyesalan.
"Ayla, dengarkan aku. Yang semalam itu tidak seperti yang kamu pikirkan," ucap Arya, suaranya pelan.
Ayla tidak menoleh. Ia terus sibuk dengan laptopnya, mengabaikan Arya.
"Aku bisa jelaskan," desak Arya. "Dia yang mengajakku kencan, dan aku hanya mau memberitahunya bahwa aku tidak punya perasaan apa-apa dengannya."
"Arya," Ayla akhirnya berbicara, suaranya dingin. "Aku tidak peduli. Itu urusanmu. Shania adalah pelanggan top kita. Dia manajer operasional di bimbel. Bimbel itu punya banyak cabang dan mereka adalah pelanggan setia kita. Jadi, layani dia dengan baik. Urusan pekerjaan, jangan campur dengan urusan pribadi."
Arya terdiam. Hatinya sakit mendengar ucapan Ayla. Ia tahu, Ayla sedang membangun tembok lagi. Tembok yang jauh lebih tinggi dan lebih tebal dari sebelumnya.
Di sisi lain, Shania semakin menjadi-jadi. Ia menganggap Arya sebagai tantangan. Pria yang cuek dan dingin itu justru membuatnya semakin penasaran. Ia mulai sering datang ke kantor Pawon Ayla, bukan hanya untuk memesan katering, tapi juga untuk menggoda Arya.