Mohon tunggu...
Tripviana Hagnese
Tripviana Hagnese Mohon Tunggu... Bisnis, Penulis, Baker

Saya seorang istri, ibu rumah tangga, yang juga mengelola bisnis, ada bakery, laundry, dan parfum.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Kabut Senja Di Balik Jeruji Besi (Ep. 8/10)

22 Juli 2025   10:25 Diperbarui: 22 Juli 2025   09:36 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Tangkap dia! Jangan biarkan dia kabur!" perintah Jenderal Haryo kepada Radit, yang langsung menyerbu Bram.

Baku hantam tak terhindarkan. Bram, meski dengan rusuk yang belum pulih sempurna, bertarung mati-matian. Ia tahu misi mereka adalah mendapatkan bukti di brankas itu. Sementara Bram bergelut dengan Radit, Jenderal Haryo membidikkan pistolnya ke arah Bram.

"Aruna! USB!" teriak Bram, menyadari target sebenarnya.

Aruna, yang kini sudah berada di pintu masuk rumah, langsung berlari ke ruang kerja. Ia tahu mereka harus mengambil flash drive itu. Ia membuka brankas yang sudah setengah terbuka oleh Bram, tangannya meraih sebuah USB kecil yang berkilau. Misi berhasil!

Namun, saat ia berbalik, Jenderal Haryo yang marah melihatnya. Ia mengalihkan bidikan pistolnya ke Aruna. "Kembalikan itu, Jalang!"

"Tidak akan!" Aruna berlari menuruni tangga, USB itu digenggam erat.

Di tengah kekacauan itu, pintu utama rumah Jenderal Haryo mendadak didobrak. Dua siluet familiar muncul: Inspektur Budi dan Ajun Inspektur Rendi! Mereka tiba tepat waktu.

Rendi melihat Bram yang kewalahan melawan Radit, dan kemarahan memuncak di dadanya. Ia tahu siapa Radit. Ia juga tahu Jenderal Haryo adalah dalang di balik semua kebusukan ini, termasuk kebusukan yang menewaskan ayahnya. Kilasan ingatan datang menyerbu: ayahnya, terbaring sakit di rumah sakit, namun kematiannya dipercepat oleh tangan tak terlihat Jenderal Haryo. Dendam lama kini menemukan wujudnya.

"Kau!" Rendi meraung, menyerbu Radit dengan amarah membabi buta.

Radit, yang terkejut dengan kedatangan Rendi, menodongkan pistol ke arahnya. DOR!

Budi, dengan refleks kilat, melompat dan menghalau Radit, membuat tembakan itu meleset dari Rendi, namun justru menghantam bahunya sendiri. Darah mengucur dari luka Budi. Radit, melihat Budi terluka, tertawa sinis, tawa yang penuh keji. "Mati kau, pecundang!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun