Mata Amel berbinar. Ya ampun, Alex mau bantuin! Akhirnya momen sama Alex!
Latihan pun dimulai, dengan Alex mengiringi. Suasana terasa lebih bersemangat. Baru beberapa lagu, pintu ruang latihan terbuka. Muncul Brian, ngos-ngosan.
"Al! Dicariin pelatih tuh! Udah pada kumpul buat pengarahan!" kata Brian, terengah-engah seolah baru lari maraton. Padahal dia dari tadi cuma main game di pojokan.
Tim band protes. "Yah, Alex! Kita kan lagi latihan!"
Brian dengan pedenya langsung melangkah masuk. "Tenang! Ada gue! Gue back up gitar buat latihan ini! Alex biar ke pelatih aja!" Brian langsung nyambar gitar dan duduk di tempat Alex.
Alex tampak ragu sebentar, tapi karena Brian bilang pelatih sudah menunggu, ia pun pamit ke Amel dan teman-teman bandnya. "Sorry ya, Mel. Nanti gue bantu lagi kapan-kapan."
"Eh, i-iya Alex," jawab Amel lesu. Brian! Lagi-lagi dia! Setiap ada kesempatan sama Alex, pasti ada dia!
Amel duduk di sana, menatap Brian yang kini asik main gitar (lumayan jago juga ternyata), tapi hatinya kesal. Kenapa Brian selalu ada di sana? Kenapa setiap kali Amel mencoba mendekati Alex (meski dengan cara yang direkomendasikan Mr. X!), Brian selalu muncul sebagai "gangguan"? Apakah ini benar-benar kebetulan semata?
Amel mulai merenung. Kata-kata Brian, kelakuannya yang aneh (kadang nyebelin, kadang nolong, kadang sok perhatian dengan kue mamanya), kehadirannya yang selalu pas di momen "Alex"... Dan respons Mr. X di CRS yang anehnya tahu banyak soal Brian, bahkan kadang analisisnya soal Brian terdengar... terlalu akurat?
Sebuah pikiran ganjil mulai merayap di benak Amel. Jangan-jangan... Jangan-jangan Brian... cenayang? Stalker? Penggemar rahasia Amel? Naksir Amel? Untuk kemungkinan terakhir, Amel bergidik ngeri. Nggak mungkin! Nggak akan pernah!
Tapi kebetulan-kebetulan ini terasa terlalu banyak. Terlalu pas. Seperti ada dalang di balik layar. Amel mulai bertanya-tanya: Siapakah dalang itu?