"Eeeh... fotosintesis itu...anu... yang bikin pohon... anu, hijau, Bu!"
Teman-teman sekelas nyaris tertawa. Bu Ratna sudah pasang tampang siap mengeluarkan petuah panjang lebar. Amel, tanpa sadar, merasa kasihan (dan juga melihat kesempatan untuk mengalihkan perhatian Bu Ratna).
"Maaf, Bu!" Amel mengangkat tangan. "Sepertinya Brian kurang istirahat karena bantu mempersiapkan turnamen basket kemarin. Fotosintesis itu proses tumbuhan mengubah energi cahaya menjadi energi kimia dalam bentuk glukosa, Bu, menggunakan karbon dioksida dan air."
Bu Ratna menoleh ke Amel, senyumnya mengembang. "Nah, dengar itu Brian! Amel saja tahu! Pintar sekali kamu, Amel!" Bu Ratna pun mengapresiasi Amel panjang lebar. Brian luput dari dampratan. Tepat setelah itu, bel tanda pelajaran usai berbunyi.
Saat teman-teman bubar, Brian menghampiri meja Amel. Wajahnya terlihat... sungkan? Hal yang sangat langka.
"Eh, anu... Makasih ya, Mel," gumam Brian, garuk-garuk kepala yang tidak gatal. "Gue... gue nggak jadi kena semprot Bu Ratna gara-gara lo."
Amel agak terkejut dengan ucapan Brian yang tulus (atau setidaknya tidak diiringi ledekan). "Hm. Lain kali jangan tidur di kelas," jawabnya datar, berusaha keras untuk tidak terlihat tersentuh.
Brian mengangguk cepat. "Iya, iya. Oke deh. Sebagai balas budi... lo punya satu permintaan. Apa aja. Bilang aja ke gue. Nanti gue lakuin." Wajahnya kembali menampilkan sedikit kenakalan khasnya. "Yang penting jangan yang aneh-aneh ya."
Amel menatap Brian. Permintaan? Dia punya satu permintaan berharga yang bisa diminta dari Brian si menyebalkan? Ini menarik. Amel tersenyum tipis. "Oke. Nanti kalau aku butuh, aku bilang."
"Deal," Brian mengangguk mantap, lalu berjalan keluar kelas.
Tepat saat itu, Alex muncul di depan pintu kelas Brian, seperti biasa mencari teman-teman basketnya. Ia melihat Amel masih terduduk di kursinya yang dekat pintu kelas, lalu tersenyum pada Amel.