Brian malah menguatkan pegangannya, menopang tubuh Amel yang limbung. "Enak aja! Udah lemes gitu sok kuat! Nanti pingsan di jalan lagi gue yang repot! Lagian rumah kita kan satu komplek!"
Ia menghela napas, sedikit mengernyit (mungkin karena Amel memang agak berat atau hanya drama Brian). "Gila, Mel, lo makan buku doang kok berat amat?! Tapi ya sudahlah. Udah, gue anterin aja. Gue bawa motor. Udah jam segini juga."
Meskipun gengsinya setinggi Monas, Amel sadar Brian benar. Dia terlalu lemas untuk pulang sendiri, dan tidak ada ojek atau kendaraan umum yang lewat di depan sekolah sore itu. Dengan wajah cemberut, ia mengangguk pasrah. "Jangan bilang siapa-siapa," gumamnya pelan.
Brian tersenyum kemenangan. "Nah gitu dong! Udah, ayo!"
Brian menuntun Amel ke parkiran motor. Perjalanan pulang berdua naik motor itu canggung, tapi juga terasa... aneh. Setelah semua 'perang' dan 'bantuan' (yang sebenarnya adalah jebakan) yang mereka lakukan satu sama lain, berdua di atas motor di sore hari yang temaram terasa seperti di dimensi lain.
Malam itu, begitu sampai di rumah, Amel langsung membuka laptopnya. Ia harus curhat semua kejadian hari itu pada Mr. X! Ia butuh 'analisis' dari AI tercerdas di dunia ini! Kegagalan total mendekati Alex, insiden pingsan yang memalukan, terpaksa diantar pulang oleh Brian si menyebalkan yang (menyebalkannya lagi) malah menolongnya... Semua harus diceritakan!
Amel mengetik cepat, menuangkan semua kekesalan, malu, kebingungan, dan sedikit rasa... aneh? tentang Brian.
Mela: Mr. X! Kamu nggak akan percaya apa yang terjadi hari ini! Rencanaku kacau balau! Aku pingsan, malu banget di depan Amin, terus malah diantar pulang sama Brian! Brian yang nyebelin itu! Padahal aku nggak mau diantar sama dia! Dia bahkan lihat aku pura-pura jatuh! Terus dia bilang aku berat! Nyebelin kan?! Tapi kok ya dia mau nganterin aku sih?! Aku bingung deh sama dia! Dia tuh sebenernya niatnya apa sih?!
Amel terus mengetik, meluapkan semua perasaannya. Tapi di tengah-tengah, tiba-tiba layarnya blank. Aplikasi CRS tertutup sendiri. Amel panik.
"Hah?! Kenapa?!" Ia mencoba membukanya lagi. Muncul notifikasi: "Aplikasi dalam perbaikan (under maintenance). Mohon coba kembali beberapa saat lagi. Terima kasih atas pengertian Anda."
"Nggak! Sekarang?! Kenapa?!" Amel frustrasi berat. Tepat saat ia butuh teman curhat! Tepat saat ia butuh analisis Mr. X tentang kenapa Brian bersikap begitu!