Saat ia mendekat ke gerbang, samar-samar, ia melihat seseorang berdiri di sana. Sosok tinggi... Alex? Ya ampun... Alex? Dia... dia nungguin aku?!
Meskipun tubuhnya lemas, pikiran Amel langsung berputar cepat. Ini kesempatan! Setelah semua kegagalan hari ini! Ini adalah momen dari drama yang ia baca! Pahlawan menolong sang gadis lemah tak berdaya!
Dalam kondisi setengah sadar bercampur semangat drama, Amel mengambil keputusan nekat. Ia mengerahkan sisa tenaganya, mengambil beberapa langkah lagi, lalu... flop! Ia sengaja membuat dirinya tersandung dan terjatuh lemas, dengan gaya yang (ia harap) terlihat rapuh dan butuh pertolongan. Ia menunggu, siap dengan tampang lemah tak berdaya, mata sedikit mengintip dari balik lengan.
Tapi... bantuan yang diharapkan tidak datang. Keheningan. Amel mengintip lagi. Alex sudah tidak ada di sana. Ia melihat Alex di kejauhan, berjalan dengan teman-teman timnya, dipanggil oleh pelatih atau semacamnya. Wajah Amel langsung berubah kesal. Ah sial! Gagal lagi! Aktingku tidak dilihat!
Ia pun segera bangun kembali, mengabaikan sisa-sisa drama yang ia ciptakan sendiri. Dengan wajah ditekuk kesal, ia berniat pulang sendiri. Tapi benar saja, tubuhnya masih lemas. Ia mengambil beberapa langkah, pandangannya berkunang, ia merasa benar-benar akan terjatuh kali ini.
Grep!
Seseorang menangkap lengannya sesaat sebelum ia ambruk sungguhan.
"Hah?! Lo?!" Suara itu... suara Brian! "Ngapain lo?! Mau jatoh lagi?!"
Brian menatap Amel yang lemas, lalu cengengesan. "Hahaha! Udah gue bilang, pura-pura jatoh lo nggak mempan sama Alex!"
Amel mendelik kesal. Dia lihat?! Dia ngetawain aku?! Nyebelin! Dari tadi nggak ada, pas momen sialku malah nongol!
"Bukan urusanmu! Pulang sendiri aja sana!" desis Amel, mencoba melepaskan diri dari pegangan Brian.