Mohon tunggu...
Tri Budhi Sastrio
Tri Budhi Sastrio Mohon Tunggu... Administrasi - Scriptores ad Deum glorificamus

SENANTIASA CUMA-CUMA LAKSANA KARUNIA BAPA

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Essi Nomor 194: Manakala Dijadikan Musuh Negara

17 April 2021   06:15 Diperbarui: 17 April 2021   06:20 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://www.rogallery.com/

Essi 194 -- Manakala Dijadikan Musuh Negara
Tri Budhi Sastrio

Walau jelas-jelas sang pengacara bukan penjahat
     apalagi musuh negara
Tetapi entah setan mana yang menjadi sutradaranya
     eh ... tiba-tiba saja
Sang pengacara yang hanya secara tidak sengaja
     menyimpan bukti fakta
Bahwa sebuah pembunuhan dilakukan demi
     memuluskan sebuah rencana
Dijadikan musuh sang perencana dan hebatnya
     karena ia sangat berkuasa
Naiklah peringkatnya tidak hanya jadi musuhnya
     tetapi juga musuh negara.
Jelas terlihat betapa mudah mereka yang sedang
     berkuasa balikkan fakta.
Orang yang sebenarnya hanya menjadi saksi mata
     itupun tidak sengaja
Dapat diubah begitu saja menjadi musuh bersama ...
     dan apa akibatnya?
Benar-benar luar biasa karena hampir seluruh
     sumber daya milik negara
Dikerahkan hanya untuk merebut bukti,
     menghancurkan penyimpannya,
Dan ... yah pendek kata ... semua harus ditumpas
     sirna musnah binasa.
Sang pengacara yang awalnya tak sadar bencana
     apa yang menimpanya
Tentu saja heran setengah mati dan tak
     henti-hentinya bertanya menduga
Kesialan apa yang sedang menimpanya, apakah
     masih ada hubungannya
Dengan sejumlah perkara sengketa perdata
     yang sedang ditanganinya
Atau perkara-perkara lainnya, atau ada hubungan
     dengan masalah cinta,
Atau bagaimana, tetapi semuanya gelap, semuanya
     tidak masuk logika.
Untung saja ia punya daya juang luar biasa,
     melawan, lari, jaga hidupnya.
Susah payah, keberuntungan karena mendapat
     bantuan mantan anggota
Dari instansi yang sama tempat si penguasa
     kendalikan atas nama negara,
Usaha mempertahankan nyawa, nama baik,
     dan bahkan juga keluarga,
Menghasilkan buah juga walau hampir saja
     semuanya hancur tak bersisa.

Singkat kata di akhir cerita sang pengacara
     berhasil ke luar dari bencana.
Lalu pelajaran utama apa yang seharusnya
     dapat dipetik dari alur cerita
Yang tentu saja banyak bumbu kehebatan dan
     keberuntungan semata
Yang dalam dunia nyata rasa-rasanya memang
     sulit menjadi satu realita?
Kekuasaan itu memang cenderung korup, dan
     semakin besar kuasanya,
Semakin besar pula kecenderungan korupnya,
     ini kata peribahasa lama.
Penggagasnya tentu saja banyak berkaca dari
     pengalaman yang ada,
Dan sejauh yang dapat diamati serta berkaca
     pada sejumlah kisah nyata
Pendapat ini tentu saja ada benarnya ... ambil saja
     kasus uang negara
Yang sejauh ini rasanya dirompak di mana-mana ...
     siapa sih pelakunya?
Sudah jelas mereka semua berkuasa, mereka
     semua mempunyai kuasa,
Karena mana bisa mengambil uang negara kalau
     otoritasnya tidak leluasa?
Politisi, pejabat negara, mulai yang sangat tinggi
     sampai yang di bawah sana,
Perilakunya hampi sama saja, begitu peluang ada,
     gunakan itu otoritas kuasa
Untuk merekayasa sedemikian rupa yang penting
     dana mengalir ke koceknya.
Iinilah potret buram negara besar di nusantara
     yang konon kabar ceritanya
Sengaja diproklamasikan agar dapat membawa
     rakyatnya makmur sejahtera.
Penguasa, apapun kualitas mereka, tetap saja
     harus ada, lalu apa terapinya
Supaya peluang merompak uang negara semakin
     lama semakin tidak ada?
Inilah yang sulit menjawabnya, tetapi berkaca
     dari alur cerita sang pengacara,
Rasanya memang tidak mudah membuat yang
     berkuasa tidak korup jalannya.
Sang sutradara kisah musuh negara mungkin
     mempunyai versi jalan keluarnya
Sayang sekali dia tewas karena menggunakan
     hak guna mengakhiri hidupnya.
 
Essi nomor 194 -- SDA22082012 -- 087853451949

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun