Mohon tunggu...
Trian Ferianto
Trian Ferianto Mohon Tunggu... Blogger

Tips belajar, self development, bisnis, dan solopreneur banyak saya tulis di sini: pinterim.com | Ada hadiah kecil gratis untukmu di sana.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Hidup Terasa Hampa Meski Semua Tercapai? Mungkin Anda Salah Kompas

19 Agustus 2025   15:08 Diperbarui: 19 Agustus 2025   15:08 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah kerja keras, mencapai target, dapat promosi... tapi kok rasanya tetap ada yang kosong? Jika Anda pernah merasakan ini, Anda tidak sendirian. Seringkali, masalahnya bukan pada tujuan (goal) yang salah, tapi karena kita kehilangan arah kompas (value) sejati kita. Dalam beberapa menit ke depan, saya akan memandu Anda melalui beberapa latihan sederhana untuk menemukan kembali kompas tersebut. Siapkan catatan atau buka aplikasi notes Anda, mari kita mulai.

Pertama, Pahami Bedanya: Kompas (Nilai) vs. Peta (Tujuan)

Konsep Ketuhanan yang diinjeksikan ke dalam diri manusia sejatinya bukan untuk mencapai kondisi tertentu (hasil), namun untuk mengikuti apa yang menjadi nilai hidupnya. Nilai terbentuk dari kombinasi 'bakat' bawaan, pendidikan, dan interaksi dengan lingkungan. Inilah bekal utama yang seharusnya kita ikuti.

Alih-alih mengejar sebuah kondisi tertentu---yang berisiko menyiksa jika tak terpenuhi---para ilmuwan psikologi yang mengembangkan Acceptance and Commitment Therapy (ACT)  lebih merekomendasikan manusia untuk setia pada nilai yang ada dalam dirinya. Inilah 'kompas' sejati agar hidup lebih memuaskan dan optimal.

Nilai adalah kualitas tindakan yang kita pilih secara sadar. Berbeda dengan tujuan yang bisa dicapai dan selesai, nilai adalah arah yang kita jalani selamanya. Setia pada nilai akan menjamin kepuasan sejak awal, sementara fokus hanya pada tujuan berisiko menimbulkan stres jika dalam prosesnya kita melanggar nilai-nilai pegangan kita. Jika tujuan adalah titik di peta, maka nilai adalah arah mata angin yang memastikan kita tidak tersesat.

Nilai Sudah Ada di Dalam Diri, Tidak Perlu Dicari, Cukup Diklarifikasi

Jika Anda percaya pada konsep fitrah---bahwa kita dilahirkan dengan seperangkat desain unik---maka nilai tidak perlu dicari dari luar. Ia sudah ada di dalam diri. Tugas kita bukanlah menemukan, melainkan mengklarifikasi apa yang sudah penting bagi kita, yang mungkin masih terkubur di bawah tumpukan "seharusnya begini" dan "sebaiknya begitu". Nilai itu seperti suara hati yang tulus.

Bagaimana Cara 'Mengenalinya'?

Setidaknya ada dua teknik utama yang bisa kita lakukan:

Teknik Memulai dari Akhir (Start with the End)

LATIHAN #1: Pidato di Ulang Tahun ke-80 Anda atau Hari Pemakaman Anda

Bayangkan Anda berada di perayaan ulang tahun ke-80, dikelilingi orang yang Anda kasihi. Satu orang ditunjuk untuk memberikan pidato testimoni tentang Anda. Apa yang paling ingin Anda dengar dari pidato tersebut? Seringkali, suara yang muncul bukanlah tentang kekayaan atau jabatan, melainkan tentang nilai-nilai mulia yang membuat Anda bangga. Itulah nilai Anda.

Sebagai alternatif, Anda bisa mencoba Teknik Eulogy. Bayangkan Anda menyaksikan pemakaman Anda sendiri. Apa yang ingin Anda dengar dari pidato perpisahan di atas makam yang jujur tentang hidup Anda?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun