Mohon tunggu...
Toto Endargo
Toto Endargo Mohon Tunggu... Peminat Budaya

Catatan dan Pembelajaran Kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Politik Dalam Pewayangan (11): Basuki Tjahaya Purnama - Jayajatra Lena

26 Maret 2025   13:16 Diperbarui: 26 Maret 2025   13:16 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jayajatra Lena - ChatGPT AI

Politik Dalam Pewayangan (11): Basuki Tjahaja Purnama -- Jayajatra Lena

Politik Dalam Pewayangan dan Kehidupan Nyata

Matahari Ditutup, Jayadrata Tewas

Pada hari ke-13 Perang Bharatayuda, Abimanyu, putra Arjuna, gugur di tangan Jayadrata. Kematiannya membuat Arjuna bersumpah bahwa pada hari ke-14, Jayadrata harus mati di tangannya. Jika gagal, Arjuna bersedia mengakhiri hidupnya dengan menceburkan diri ke dalam api.

Hari ke-14 berlangsung dengan pertempuran sengit hingga menjelang sore. Jayadrata disembunyikan di dalam benteng besi yang kokoh, membuatnya sulit dijangkau oleh Arjuna. Melihat situasi ini, Kresna menggunakan siasat cerdik: dengan senjata saktinya, ia menutupi matahari, membuat langit seolah-olah telah memasuki malam.

Pasukan Pandawa berseru bahwa hari telah berganti malam. Kesedihan menyelimuti mereka karena tampaknya Arjuna harus memenuhi sumpahnya dan masuk ke dalam kobaran api. Jayadrata, yang merasa aman, keluar dengan percaya diri untuk menyaksikan kehancuran Arjuna. Namun, itulah saat ajalnya tiba. Arjuna segera melepaskan panah saktinya dan menewaskan Jayadrata. Setelah itu, Kresna mencabut sihirnya, dan ternyata matahari masih bersinar terang. Perang pun berlanjut, sementara Jayadrata telah binasa sebelum senja benar-benar tiba.

Korelasi dengan Politik di Indonesia

Kisah ini memiliki kemiripan dengan berbagai peristiwa politik di Indonesia. Siasat "menutupi matahari" dalam Bharatayuda dapat disamakan dengan berbagai upaya menyingkirkan tokoh-tokoh yang bersinar dalam perpolitikan nasional.

  • Soekarno, Presiden pertama Indonesia, adalah tokoh yang bersinar di tingkat internasional. Ia mendirikan Gerakan Non-Blok, menyelenggarakan GANEFO sebagai pesaing Olimpiade, serta mengembalikan Papua ke pangkuan Indonesia. Namun, pada 1965, sinarnya dipadamkan oleh intrik politik hingga akhirnya wafat dalam pengasingan di rumahnya sendiri.
  • Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mengalami kejatuhan drastis saat pernyataannya di Kepulauan Seribu dipermasalahkan dan berbuntut pada kekalahannya dalam Pilkada DKI Jakarta serta hukuman penjara. Seperti matahari yang ditutupi, sinarnya dalam politik meredup karena strategi lawan-lawan politiknya.
  • Munir, aktivis hak asasi manusia yang berani mengkritik pelanggaran HAM, tewas diracun dalam perjalanan ke Belanda. Kasusnya masih menyisakan banyak tanda tanya besar hingga kini.
  • Wiji Thukul, penyair dan aktivis yang gigih melawan Orde Baru, hilang secara misterius dan tidak pernah ditemukan.
  • Antasari Azhar, mantan Ketua KPK yang sedang berada di puncak karier pemberantasan korupsi, harus masuk penjara dalam kasus yang kontroversial.

Kisah-kisah ini menunjukkan bahwa dalam politik, strategi dan intrik sering kali menentukan nasib seseorang, sebagaimana dalam Bharatayuda. Matahari bisa ditutupi, tetapi kebenaran pada akhirnya akan terungkap. Persoalannya, siapa yang akan bertahan hingga saat itu tiba?

Belajar dari Pewayangan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun