Mohon tunggu...
Ajeng Leodita Anggarani
Ajeng Leodita Anggarani Mohon Tunggu... Lainnya - Karyawan

Belajar untuk menulis. Menulis untuk belajar.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sebuah Wawancara

1 Desember 2022   16:37 Diperbarui: 1 Desember 2022   16:45 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.wallpaperbetter.com/

"Udah sana buat, jangan lama-lama ya, Ko."

Lagi-lagi Suko hanya bisa mengikuti perintah atasannya.

Diana berpikir mungkin Suko bingung karena tak biasanya ia minta dibuatkan kopi untuk pelamar bahkan di jam-jam seperti ini.

Diana kemudian mengulang lagi pertanyaannya pada pelamar di hadapannya.

"Saya nggak bisa pulang," Jawab pria itu lesu. Sama lesunya seperti saat wawancara siang tadi.

Notifikasi pesan singkat masuk berbunyi di ponsel Diana, pamannya mengingatkan bahwa malam ini ada kumpul keluarga dan hanya Diana yang belum muncul di sana. Sebenarnya Diana masih ingin berbincang-bincang setelah yakin bahwa pelamar yang satu ini terlihat agak berbeda. Di antara para pelamar hari ini, sepertinya dia yang termuda dari yang lainnya.

"Maaf, saya harus pulang sekarang. Oh, ya, siapa namanya tadi, Mas? Mungkin nanti bisa saya review lagi hasil psikotes dan applicant form-nya untuk jadi bahan pertimbangan,"

"Anugerah Agung, Bu,"

"Ok, Mas Anugerah, saya duluan, ya. Nanti ada office boy saya yang tadi antar kopi, diminum aja, atau kalau mau teh, silakan. Tapi, jangan lama-lama di sini, ada aturan jam kunjungan di kantor ini."

Kemudian Diana mengajak pria itu bersalaman untuk yang kedua kali di hari yang sama. Pertama sebagai salam perkenalan, dan yang kedua sebagai salam perpisahan. Tangan itu begitu dingin, layaknya seseorang yang mengalami grogi tingkat tinggi.

Di sepanjang perjalanan pulang, Diana tak bisa menepiskan pikiran tentang pria muda itu. Namun, rasanya tidak bijak jika ia menerimanya lantaran kasihan. Terlihat jelas pria itu tidak dalam keadaan baik-baik saja. Diana menarik napas dalam-dalam, membiarkan oksigen masuk dan membuat isi kepalanya sedikit lebih ringan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun