"Kamu hebat, Oseng Mercon buatanmu dahsyat, Ndin. Terima kasih ya, sudah mau partisipasi,"
"Aku yang harusnya terima kasih sama kamu, Boni. Kalau bukan karena kamu ajak, mungkin aku nggak tahu kalau kemampuan memasakku itu bisa diakui banyak orang,"
"Kamu nggak pingin punya usaha makanan?"
"Mau, cuma modalnya nggak ada. Kamu mau belajar masak Oseng Mercon? Siapa tahu memang rejekimu, pakai resepku, kujamin laku."
Setelah hari itu, keduanya membuat janji temu. Boni menyambangi tempat tinggal Andin dan ibunya. Wanita tua itu sangat ramah, terbias di matanya, ia menerima kedatangan Boni dengan senang hati.
"Mas Boni tenan iki mau belajar masak?"
"Nggih, Bu. Oseng Mercon resep Andin itu enak banget. Lidah saya dan teman-teman di kampus cocok sekali. Padahal sejujurnya, lidah Jakarta saya agak susah nerima masakan Jogja."
"Masakan ini sudah ada sejak 24 tahun lalu, sekarang baru rame setelah makanan pedas mulai muncul di Jogja, mungkin turis-turis sama pendatang bosan ya maem yang manis-manis,"