Mohon tunggu...
Tobari
Tobari Mohon Tunggu... Dosen Pascasarjana bidang Manajemen dan alumni S2 Fak.Psikologi UGM 1998 kekhususan Psikometri.

Berharap diri ini dapat bermanfaat bagi orang lain, berusaha aktif menulis artikel inspiratif. Menjadikan tulisan sebagai sarana pencerahan jiwa, agar hidup tak sekadar berjalan, tetapi bermakna untuk mencari bekal kehidupan kekal di akhirat.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pelajaran dari Burung Tua: Merawat Orang Tua dengan Hati

21 Agustus 2025   06:23 Diperbarui: 21 Agustus 2025   06:49 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi bantuan AI (Dokpri)

Seorang anak tetap bisa menunjukkan baktinya melalui doa, meneruskan sedekah jariyah yang mereka tinggalkan, serta menjaga silaturahmi dengan kerabat dan sahabat-sahabat mereka.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

"Siapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung silaturahmi." (HR. al-Bukhari, No. 5986; Muslim, No. 2557).

Hadis ini menegaskan bahwa silaturahmi adalah salah satu jalan keberkahan hidup.

Adapun orang tua merupakan pangkal utama silaturahmi seorang anak, sehingga berbuat baik kepada mereka semasa hidup maupun setelah wafat menjadi bagian penting dari amal kebajikan yang luas keberkahannya.

Cermin Kehidupan, Bakti kepada Ayah dan Ibu

Kisah burung-burung tadi hanyalah cermin: kehidupan tetap hangat karena generasi yang kuat merawat generasi yang rapuh.

Di rumah kita, cermin itu bernama ayah dan ibu. Mungkin tangan mereka kini bergetar saat menyuap; mungkin langkah mereka melambat di jalan menuju masjid; mungkin pendengaran menurun sehingga perlu diulang.

Ulangilah, karena dulu mereka mengulang untuk kita, menyusui, menidurkan, menenangkan, mengantar sekolah, mendoakan dalam senyap.

Mari mulai hari ini. Kirim pesan pada ayah, telepon ibu. Tanyakan kabarnya, jadwalkan kunjungan, rangkul bahunya, bacakan doa pelan di telinganya.

Sebab suatu hari, kita lah "burung tua" itu, dan anak-anak kita sedang belajar dari cara kita memperlakukan orang tua: apakah kelak mereka akan menjemput kita dengan hormat, atau membiarkan kita menua sendirian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun