Al-Qur'an meletakkan berbuat baik kepada orang tua persis setelah perintah bertauhid.
Allah Subhanahu wa ta'ala menegaskan: jangan sekali pun membentak, apalagi menyakiti; ucapkanlah kata-kata yang mulia, rendahkan sayap kasih, lalu doakan:
"Rabbirhamhuma kama rabbayaani shaghiraa"-"Ya Tuhanku, sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangiku di waktu kecil." (QS. Al-Isra: 24) Â
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam menjelaskan urutan prioritas amal yang paling dicintai oleh Allah. Ketika ditanya tentang amalan yang paling utama, beliau menjawab:
"shalat pada waktunya." Kemudian ditanya lagi, beliau menjawab: "berbakti kepada kedua orang tua." Setelah itu beliau menambahkan: "jihad di jalan Allah." (HR. al-Bukhari, No. 527).Â
Susunan jawaban ini bukanlah kebetulan, melainkan penegasan bahwa bakti kepada orang tua menempati posisi puncak dalam pengabdian sosial seorang Muslim, setelah ibadah ritual yang paling utama, yakni shalat.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:Â
"Ridha Allah tergantung pada ridha kedua orang tua, dan murka Allah tergantung pada murka kedua orang tua." (HR. al-Tirmidzi, No. 1899).Â
Hadis ini menegaskan bahwa keridaan Allah kepada seorang hamba sangat erat kaitannya dengan hubungan baiknya kepada orang tua.
Oleh karena itu, berbakti kepada kedua orang tua menjadi jalan utama menuju keridaan Allah, sedangkan menyakiti mereka berarti mendatangkan murka-Nya.
Keteladanan Bakti, dari Doa Uwais hingga Nasehat Ibn 'Umar