Mohon tunggu...
Tobari
Tobari Mohon Tunggu... Dosen Pascasarjana bidang Manajemen dan alumni S2 Fak.Psikologi UGM 1998 kekhususan Psikometri.

Berharap diri ini dapat bermanfaat bagi orang lain, berusaha aktif menulis artikel inspiratif. Menjadikan tulisan sebagai sarana pencerahan jiwa, agar hidup tak sekadar berjalan, tetapi bermakna untuk mencari bekal kehidupan kekal di akhirat.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Suatu Hari, Kau Akan Butuh yang Pernah Kau Lukai

4 Agustus 2025   04:30 Diperbarui: 4 Agustus 2025   11:57 420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi bantuan AI (Dokpri)

Suatu Hari, Kau Akan Butuh yang Pernah Kau Lukai

Oleh: Tobari

Dalam kehidupan yang serba cepat dan penuh tantangan ini, mudah sekali bagi kita untuk mengabaikan perasaan orang lain. Tanpa sadar, kita bisa melukai dengan kata, sikap, bahkan diam kita. Padahal, setiap hati membawa cerita yang tak terlihat.

Bisa kita temui  pesan yang menginspirasi yang disampaikan Bob Marley yang banyak kita baca di media sosial, berikut:

"Jangan tabur duri di jalanku, siapa tahu nanti kamu mencariku tanpa alas kaki." – Bob Marley

Kalimat ini tampak sederhana, tetapi menyimpan luka yang dalam dan nasihat yang kuat. Ia bukan sekadar peringatan agar kita tidak berbuat buruk pada orang lain, melainkan seruan halus untuk menjaga hati, menghargai sesama, dan menabur kebaikan di jalan hidup yang bisa jadi akan kita lewati kembali, dalam keadaan yang tak kita duga.

Kita hidup dalam dunia yang makin sulit dipahami. Banyak orang yang tampak kuat, padahal menyimpan beban hidup yang berat. Di balik senyum mereka, tersimpan kecewa, luka, dan harapan yang nyaris padam.

Kadang, orang yang paling kita sakiti justru adalah orang yang diam-diam paling tulus peduli, dan celakanya, bisa jadi suatu hari kita akan datang padanya, saat hidup tak lagi ramah dengan kita.

Sekarang Kita Sedang Tidak Baik-Baik Saja

Kita hidup di era yang penuh ketidakpastian. Krisis iklim, ketidaksetaraan ekonomi, polarisasi sosial, hingga konflik batin yang tersembunyi di balik senyum-senyum palsu media sosial. Banyak orang merasa sendirian, meski ribuan teman mengelilinginya secara virtual.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun