Adab Lebih Tinggi dari Ilmu: Pelita yang Meredup di Tengah Terang Pengetahuan
Oleh: Tobari
Di era yang serba cepat dan penuh informasi ini, kita menyaksikan betapa manusia berlomba-lomba menjadi cerdas, mengumpulkan gelar, mengejar prestasi, dan membanggakan capaian intelektual. Namun ironisnya, di tengah kecerdasan yang meningkat, kita juga menyaksikan krisis yang sunyi tapi nyata: krisis adab.
Kita melihat anak berbicara kasar kepada orang tua. Kita menyaksikan orang pintar yang tak bisa menahan diri saat berdebat. Kita mendengar akademisi yang mencemooh pendapat berbeda, atau tokoh publik yang menyudutkan lawan dengan kata-kata tajam. Semua itu bukan soal kurang ilmu. Tapi kurangnya adab.
Tradisi Islam: Adab Didahulukan dari Ilmu
Dalam tradisi Islam, para ulama terdahulu menekankan bahwa adab lebih tinggi derajatnya daripada ilmu. Imam Malik, guru Imam Syafi'i, berkata kepada murid-muridnya:
"Pelajarilah adab sebelum engkau belajar ilmu."
Sementara Ibnu al-Mubarak, seorang ulama besar generasi tabi'in, berkata:
"Kami mempelajari adab selama 30 tahun, dan mempelajari ilmu selama 20 tahun."
Pernyataan ini banyak dikutip oleh para ulama dan guru-guru besar di dunia Islam, dan dapat dirujuk melalui (muslim.or.id; nasehat.net)