Mohon tunggu...
Tobari
Tobari Mohon Tunggu... Dosen Pascasarjana bidang Manajemen dan alumni S2 Fak.Psikologi UGM 1998 kekhususan Psikometri.

Berharap diri ini dapat bermanfaat bagi orang lain, berusaha aktif menulis artikel inspiratif. Menjadikan tulisan sebagai sarana pencerahan jiwa, agar hidup tak sekadar berjalan, tetapi bermakna untuk mencari bekal kehidupan kekal di akhirat.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Adab Lebih Tinggi dari Ilmu: Pelita yang Meredup di Tengah Terang Pengetahuan

29 Juli 2025   07:45 Diperbarui: 30 Juli 2025   09:10 5398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi  bantuan AI (Dokpri)

Adab Lebih Tinggi dari Ilmu: Pelita yang Meredup di Tengah Terang Pengetahuan

Oleh: Tobari

Di era yang serba cepat dan penuh informasi ini, kita menyaksikan betapa manusia berlomba-lomba menjadi cerdas, mengumpulkan gelar, mengejar prestasi, dan membanggakan capaian intelektual. Namun ironisnya, di tengah kecerdasan yang meningkat, kita juga menyaksikan krisis yang sunyi tapi nyata: krisis adab.

Kita melihat anak berbicara kasar kepada orang tua. Kita menyaksikan orang pintar yang tak bisa menahan diri saat berdebat. Kita mendengar akademisi yang mencemooh pendapat berbeda, atau tokoh publik yang menyudutkan lawan dengan kata-kata tajam. Semua itu bukan soal kurang ilmu. Tapi kurangnya adab.

Tradisi Islam: Adab Didahulukan dari Ilmu

Dalam tradisi Islam, para ulama terdahulu menekankan bahwa adab lebih tinggi derajatnya daripada ilmu. Imam Malik, guru Imam Syafi'i, berkata kepada murid-muridnya:

"Pelajarilah adab sebelum engkau belajar ilmu."

Sementara Ibnu al-Mubarak, seorang ulama besar generasi tabi'in, berkata:

"Kami mempelajari adab selama 30 tahun, dan mempelajari ilmu selama 20 tahun."

Pernyataan ini banyak dikutip oleh para ulama dan guru-guru besar di dunia Islam, dan dapat dirujuk melalui (muslim.or.id; nasehat.net)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun