Mohon tunggu...
M Tamamun  Niam
M Tamamun Niam Mohon Tunggu... Full Time Blogger - https://misterkom.com/

ada sesuatu yang ingin diungkapkan https://misterkom.com/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Sang Agitator, Ir Soekarno

14 Januari 2020   07:03 Diperbarui: 14 Januari 2020   12:43 2803
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Soekarno, Penyambung lidah rakyat Indonesia, Presiden pemimpin besar revolusi Indonsia. Dari sabang sampai marauke, empat perkataan ini bukanlah sekadar rangkaian kata ilmu bumi.

ia adalah merupakan suatu kesatuan kebangsaan,

ia adalah suatu kesatuan kenegaraan yang bulat kuat,

ia adalah kesatuan tekat kesatuan ideology yang amat dinamis,

ia adalah satu kesatuan cita cita sosial yang hidup laksana api unggun.

Dibawah pohon yang besar menghadap ke arah pantai dengan sapuan angin yang sejuk di sore hari saya bercengkrama dengan tokoh besar bangsa Indonesia, Bung karno.

"sebagai pemimpin besar bangsa Indonesia Bung sangat disegani oleh rakyat Indonesia bahkan dunia."

" Aku ini bukan apa-apa kalau tanpa rakyat, aku besar karena rakyat, aku berjuang karena rakyat dan aku penyambung lidah rakyat." Saut Bung karno

"jalan hidup Bung tentu tidak mudah"

"tentu saja, aku dilahirkan dan dibesarkan dalam kemiskinan, bahkan bapakku tak mampu memanggil dukun bersalin untuk kelahiranku. Bapakku bekerja sebagai guru dengan gaji f 25 per bulan. Gaji itu digunakan untuk membayar sewa rumah sebesar f 10 per bulan hingga tersisa f 15. Dengan perbandingan kurs pemerintah f 3,60 untuk 1 dollar, kaluargaku hidup dengan uang sekitar 5 dollar setiap bulan.

Bapakku adalah orang yang keras, bapak menghukumku dengan kasar jika aku berbuat nakal, pernah sekali aku tidak sengaja menjatuhkan sarang burung dari pohon jambu, mengetahui hal itu bapak sangat marah. Akan tetapi dalam setiap kemarahannya itu selalu ada pelajaran yang disampaikan bapak.

Bapak berkata 'kau dapat menerangkan arti kata-kata Tat Twan Asi, Tat Twam Asi? Artinya, dia adalah aku dan aku adalah dia; kau adalah aku dan aku adalah kau. Apakah tidak kuajarkan kepadamu bahwa ini  mempunyai arti penting?'

Maksudnya adalah , Tuhan berada dalam kita semua dan kita harus melindungi makhluk Tuhan.

Bapak menaruh harapan yang besar pada diriku,  ia ingin mengirimku ke sekolah tinggi Belanda, untuk itu aku terlebih dahulu dimasukkan ke sekolah rendah Belanda. Masalahnya adalah saat itu aku belum terlalu menguasai bahasa Belanda, akan tetapi bapak mampu mengatasinya, meskipun bapak bukan tergolong orang yang kaya namun bapak menyewakan guru bahasa Belanda di ELS bernama Jaffrouw Maria Paulina De La Reviere untuk memberikan pelajaran Khusus untukku 1 jam setiap hari.

Seusai tamat sekolah rendah, bapak memasukanku ke sekolah tertinggi di Jawa Timur, Hogere Burger School(HBS) di Surabaya, aku di titipkan di rumah H.O.S. Tjokroaminoto, Pak Tjokro adalah kawan Bapak di Surabaya.

'Tjokro adalah pemimpin politik di Jawa. Walaupun kau akan mendapat pendidikan Belanda, bapak tidak ingin kau menjadi orang yang kebarat -- baratan. Karena itu, kau kukirim kepada Tjokro, orang yang dijuluki oleh Belanda sebagai raja jawa yang tidak dinobatkan. Bapak ingin kau tidak melupakan bahwa warisanmu adalah untuk menjadi Karna kedua.' Begitulah pesan bapak kepadaku "

"menjadi Karna kedua? Maksudnya apa bung?" tanyaku menyelah bung karno yang tengah menceritakan kisah masa mudanya.

"Bapak memberiku nama sukarno, Awalan 'Su' pada sebagian besar nama orang Jawa berarti baik dan paling baik. Sedangkan 'Karna' merupakan salah satu pahlawan terbesar dalam cerita Mahabharata. Ia  adalah orang yang sangat kuat dan sangat besar, ia juga setia terhadap teman-temannya dan keyakinannya tanpa memedulikan akibat. Ia terkenal karena keberanian dan kesaktiannya, Karna adalah pejuang bagi negaranya dan petriot yang taat kepada Tuhan. Bapak benar-benar menaruh harapan yang besar dalam diriku" Jawab Bung Karno.

"Dan kini harapan itu benar-benar terwujud Bung, Bapak Anda pasti sangat bahagia" Sautku.

"akupun berharap demikian, pasalnya waktuku banyak kuhabiskan untuk Negeri ini dibandingkan utuk keluargaku.

"Bagaimana Bung bisa begitu mencintai negeri ini?, nasionalisme Bung begitu luar biasa." Tanyaku dengan kagum.

"sewaktu di Surabaya aku sangat mengidolakan sosok Pak Tjokro. Ia adalah pemimpin Sarekat Islam. Ia mengajariku tentang apa dan siapa dirinya, bukan apa yang diketahui ataupun masa depannya. Dimataku Pak Tjokro adalah tokoh yang mempunyai kreativitas dan cita -- cita besar. Pak Tjokro adalah pejuang yang mencintai tanah airnya.

Di rumah pak Tjokro aku mulai berlatih pidato, di kamarku yang sempit sambil berdiri di atas meja aku berteria sangat keras meskipun kemudian mendapat ejekan dari teman se-kosku mereka bilang aku gila, aku sakit. Tapi kemudian mereka menemukan jawabannya bahwa sukarno hanya ingin menyelamatkan dunia.

Aku mulai tertarik politik, pergaulanku semakin luas, termasuk dengan kawan-kawan Pak Tjokro. Setiap hari para pemimpin partai lain atau pemimpin cabang Sarekat Islam datang bertemu pak Tjokro. Bahkan mereka bisa tinggal disana selama beberapa hari.

Terkadang aku membagi tempat tidurku dengan salah satu pemimpin organisasi tersebut dan berbincang hingga fajar tiba.

Pada suatu ketika , dalam acara makan malam, mereka mengobrol tentang kapitalisme dan hasil bumi yang diangkut dari Hindia Belanda untuk memperkaya Negeri Belanda. Akupun bertanya dengan suara pelan 'berapa banyak yan diambil Belanda dari Tanah kita? '. Pak Tjokro menjawab 'De Vereenigde Oost Indische Compagne mengambil atau mencuri kira-kira 1.800 juta gulden dari tanah kita setiap tahun untuk memberi makan Den Haag'.

Petani kita mengucurkan keringat, kelaparan, kita menjadi bangsa kuli dan menjadi kuli diantara bangsa-bangsa.

Sarekat Islam bekerja untuk memperbaiki keadaan dengan mengajukan mosi-mosi kepada pemerintah. Rakyat kita sudah berjuang melawan system ini berabad abad lalu, akan tetapi tetap tidak berhasil karena mereka selalu berjuang sendiri-sendiri. Masing-masing beperang dengan pengikut yang kecil di daerah yang terbatas.

Pemikir dari India, Swami Vivekananda menulis,'jangan bikin kepalamu menjadi perpustakaan, pakailah pengetahuanmu untuk diamalkan'.

Lalu aku mulai menganalisis situasi negeriku, aku menyadari bahwa tidak ada alasan bagi pemuda Indonesia untuk menikmati kesenangan dengan melarikan diri ke alam fantasi. Aku menghadapi kenyataan bahwa negeriku miskin, malang, dan dihinakan.

Pada suatu hari aku berdiri selama satu jam diatas jembatan yang melintasi sungai kecil dan memandang iring iringan manusia yang tidak ada henti-hentinya. Aku melihat petani yang berjalan lesu menuju rumahnya yang buruk. 

Lalu aku melihat kolonialis Belanda duduk diatas kereta terbuka yang ditarik oleh 2 ekor kuda yang gagah. Aku melihat saudara -- saudaraku yang berkulit sawo matang terlihat kotor, bau, dan bajunya compang camping. Aku bergumam dalam hati 'apakah orang bisa tetap bersih jika mereka tidak punya pakaian lain untuk ganti?'.

"apa yang bisa Bung lakukan pada saat itu?" tanyaku.

"kala itu aku belum bisa melakukan tindakan nyata, hingga pada tahun 1927 aku membentuk Partai Nasional Indonesia (PNI) yang bertujuan untuk kemerdekaan sepenuhnya untuk Indonesia pada saat itu juga. Meskipun organisasi -- organisasi sebelumnya selalu menyembunyikan sebagian tujuannya supaya Belanda tidak mengganggu mereka. Bagiku, tidak ada yang perlu disembunyikan.

Nasibku adalah untuk menaklukkan, bukan ditaklukkan. Aku adalah seorang pemberontok aku menjadikan PNI sebagai tentara pemberontak yang akan menghancurkan kolonialisme.

Kemudian pada bulan desember 1928, aku membentuk sebuah federasi partai partai politik yang berhaluan kebangsaan bernama Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Partai Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI). Federasi ini memungkinkan kita bergerak dengan kekuatan lebih besar sekaligus beresiko tinggi bagiku sebagai ketuanya."

"menjadi pemberontak seperti yang Bung ceritakan itu sangatlah berbahaya bagi diri Bung, tentunya Belanda tidak tinggal diam."

"tentu saja, penjara itu sudah bagai rumahku, berkali kali aku keluar masuk penjara bahkan sampai diasingkan ke tempat yang sangat terpencil bertahun tahun, ketika keluar penjara pun aku masih layaknya tahanan karena mendapat pengawasan yang ketat dari kepolisian Hindia Belanda.

Pemimpin tidak berubah karena hukuman . aku masuk penjara untuk memperjuangkan kemerdekaan. Dan aku meninggalkan penjara dengan pikiran yang sama.

Setiap agitator dalam setiap revolusi tentu pernah masuk penjara. Disuatu tempat, entah dengan cara bagaimana, hukuman tentu akan jatuh pula diatas pundakku. Tapi aku tidak  takut, aku sudah tau akibatnya ketika aku mulai pekerjaan itu. Aku juga tahu bahwa pada satu saat, aku akan ditangkap. Hanya soal waktu saja dan aku sudah siap secara mental.

Seseorang hendaknya jangan melibatkan dirinya ke dalam perjuangan mati -- matian jika sebelumnya tidak menyadari akibatnya. Walaupun selama berabad-abad mereka menjerumuskan puluhan ribu rakyat masuk bui dan masih saja melemparkan kita ke tempat pembuangan yang tidak berpenduduk, jauh dari masyarakat, saatnya akan tiba ketika mereka musnah dan kita memperoleh kemenangan. Kemenangan kita adalah suatu keharusan sejarah. Tidak bisa dielakkan."

"Iya benar Bung, kini kegigihan tekad Bung dalam menumpas imperialisme berhasil. Indonesia telah merdeka, penjajah itu sudah musnah dan kita memperoleh kemenanga. Sungguh jasa Bung Karno tidak akan pernah terlupakan oleh sejarah. Rakyat akan selalu mengingat kebesaran jasa seorang Soekarno yang kini menjabat sebagai Presiden Indonesia untuk seumur hidup."

Bung Karno berkata "mereka menjadikan saya presiden seumur hidup, itu memang benar. Tapi tentunya saya masih punya hak untuk mengatakan suatu hari nanti, Rakyatku... saya letih, tolong biarkan saya pergi. Kau telah melaksanakan dengan baik, menjadikanku presiden seumur hidup? Oke... oke... jka kondisiku masih mengijinkan, aku tetap ingin jadi presiden hingga akhir hayatku. Tapi bila suatu hari nanti aku letih. Aku tetap punya hak untuk mengatakan tolong biarkan saya pergi.

Andai kata Tuhan memberikan aku wakti 10, 15, 20 tahun lagi, aku akan pergi dengan hati yang tenang dan bangsa ini telah berkembang dengan kuat, aku dapat pergi."

"Pernakah terpikir bila Bung sudak tidak ada, bagaimana Bung ingin dikuburkan?"

Bung Karno menjawab "Dibawah pohon besar, dibawah batu besar, dibawah batu nisan. Di batu nisan mereka tidak boleh menulis disini terbaring yang terhormat... yang teragung presiden Soekarno. Bukan itu, cukup ditulis disini terbaring Bung Karno bagian dari rakyat Indonesia."

Pertanyaan itu mengakhiri kebersamaan kita. Hari sudah semakin  gelap, matahari mulai tenggelam, aku berpamitan dengan Bung Karno yang masih ingin menikmati senja yang indah. Aku meningalkannya dengan hati yang terbakar oleh kisahnya. Jiwa nasionalismeku menggebuh -- gebuh. Aku berjanji pada diriku sendiri untuk meneruskan perjuangan seorang Bung Karno, menjaga tanah air ini dengan segenap jiwa dan raga , tanah air yang diperjuangkan dengan tetesan keringat, darah dan air mata.

Sumber : 

1. Buku Biografi Lengkap Soekarno

2. Wawancara Cindy Adams

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun