Mohon tunggu...
Tmarsyam
Tmarsyam Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Seorang freelancer penulis fiksi. Pengurus beberapa personal blog. Kunjungi akun instagramnya di tautan terlampir. Salam literasi!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Pesan dari Ruang Gelap untuk Andrew

3 Juni 2018   22:21 Diperbarui: 5 Juni 2018   20:27 3401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Twitter @kulturtava

"Hmm, aku bingung harus merespon bagaimana. Tapi I love you, brother no matter who you are." begitu dukungannya padaku.

Sangat ringan sekali rasanya tubuh ini. Mungkin bisa digambarkan seperti saat aku memikul ribuan beban dipundakku dan kini aku taruh itu perlahan ke tanah, sangat lega sekali. Terlebih seperti yang aku perkirakan, Andrew menerima ku apa adanya. Dia sahabat yang luar biasa.

Tak lama bel tanda istirahat itu berdering. Kemudian teman-teman sekelas Andrew mulai berbondong-bondong keluar kelas dan menuju kantin. Saat itu aku mengamatinya seolah sedang melihat ke arahku. Tetapi aku salah duga, Andrew tidak sedang melihatku lantas dia berlalu menuju kantin pula.

Sebuah rahasia besarku ini sangat membuatku drop. Aku menjadi stres yang luar biasa. Entah dari mana si orang usil itu mendapatkan capture chat rahasia ku. Yang pasti semua sudah berubah dan tersebar seantero sekolah.

Belum sempat aku ceritakan bebanku karena dibully satu sekolah ini pada Andrew, maka dari itu aku berusaha datang untuk menceritakan. Di dalam kamar mandi di kamar tidurku, aku terlampau jauh berduka hingga aku sudah melakukan hal yang sangat dimurkai orang banyak.

Andrew sangat suka olahraga. Dia juga bukan hanya sebagai penyuka, namun dia ahli dalam banyak bidang olahraga. Dia pandai bermain futsal, badminton dan basket. Dan terakhir pada kejuaraan nasional basket antar high school, dia menjadi pemain terbaik dan membanggakan sekolah.

"Selamat, bro. kau memang pantas mendapatkan itu." 

"itu juga berkat doa dan dukungan mu, bro." balasnya.

Dan seperti saat-saat biasanya. setiap jam istirahat, dia selalu menyempatkan untuk bermain basket ringan sekedar melepas penatnya usai pelajaran. Semua orang tahu itu, hampir satu sekolah bahkan tahu kebiasaan itu. Mungkin hanya untuk satu atau dua menit itu menjadi cukup baginya untuk melampiaskan beban negatif dan rasa bosan didalam kelas tadi.

Aku berjalan dibelakangnya dan mengikutinya ke arah gym sekolah. Dia masih tidak menyadari keberadaanku saat itu. 

Lapangan tidak begitu ramai juga tidak begitu sepi. Cukup untuknya membentuk ruang bergerak bersama bola basket. Dan aku mencari spot yang tepat untuk bisa mengawasinya lalu mencari celah untuk bisa sempat ngobrol dengannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun