Ia mengajarkan banyak orang untuk bangkit dari keterpurukan lewat sedekah dan doa.
Tapi bagi sebagian lain, ia simbol bahwa agama bisa disalahpahami ketika bercampur dengan urusan bisnis.
Meski begitu, tak bisa dipungkiri, Yusuf tetap bertahan.
Ia terus berdakwah, tetap aktif di media sosial, tetap berbicara tentang harapan, tentang Allah, tentang hidup yang harus dijalani dengan niat baik.
Ada sesuatu yang manusiawi dari sosoknya, ia bukan malaikat, tapi juga bukan penipu seperti yang dituduhkan banyak orang.
Ia hanyalah seorang manusia yang berusaha membawa cahaya di zaman yang serba abu-abu.
Doa, Uang, dan Keikhlasan
Kasus ini membawa pelajaran penting bagi kita semua.
Bahwa dakwah di era digital bukan lagi sekadar soal isi ceramah, tapi juga cara menyampaikannya.
Transparansi, niat, dan kejujuran kini lebih penting daripada sekadar popularitas.
Dan bagi masyarakat, kita pun perlu belajar untuk tidak terlalu cepat menghakimi.
Tidak semua yang berbayar berarti menjual ibadah.