"Ketegangan regional yang sedang berlangsung adalah produk yang tak terelakkan yang dibawa oleh keberanian Israel yang ceroboh," tambah juru bicara itu.
Mengapa nama Israel diseret-seret? Ini adalah strategi dua lapis yang brilian.
Pertama, ini adalah cara untuk menggalang dukungan dari dunia Arab dan negara-negara Muslim yang memiliki sentimen anti-Israel. Dengan menyalahkan Israel, Korea Utara mencoba memposisikan diri bukan hanya sebagai pembela Iran, tetapi sebagai pembela semua negara yang merasa terancam oleh aliansi AS-Israel.
Kedua, dan yang lebih penting, ini adalah cara untuk mengatakan, "Lihat, bukan kami atau Iran yang menjadi pembuat onar. Pelaku sebenarnya adalah sekutu-sekutu Amerika yang agresif dan ekspansif. Merekalah yang memancing keributan!"
Ini adalah teknik pengalihan isu klasik yang bertujuan untuk mendelegitimasi tindakan AS. Seolah-olah AS bukan polisi dunia, melainkan hanya alat bagi kepentingan sekutunya yang "sembrono".
Namun, baik kecaman terhadap AS maupun tudingan pada Israel hanyalah sampul dari sebuah buku yang isinya jauh lebih personal bagi rezim Kim Jong Un.
Iran adalah Cermin Raksasa bagi Korea Utara
Sekarang, mari kita bicara tentang alasan yang sebenarnya. Alasan yang membuat para petinggi di Pyongyang mungkin tidak bisa tidur nyenyak setelah mendengar kabar serangan itu.
Korea Utara melihat Iran, dan mereka melihat diri mereka sendiri di cermin.
Bayangkan persamaannya,
Sama-sama Musuh Bebuyutan AS, Keduanya telah puluhan tahun berada di bawah sanksi berat dan tekanan politik dari Washington.
Sama-sama Punya Ambisi Nuklir, Iran terus mengembangkan program nuklirnya (yang mereka klaim untuk tujuan damai), sementara Korea Utara sudah terang-terangan menjadi negara bersenjata nuklir.