Mohon tunggu...
Tiyarman Gulo
Tiyarman Gulo Mohon Tunggu... Penulis

Menulis adalah jalan cuanku!

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Masifnya Bank Digital, Bukan Tren, Tapi Revolusi!

30 April 2025   14:52 Diperbarui: 30 April 2025   14:52 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masifnya Bank Digital, Bukan Tren, Tapi Revolusi! | Muamalah News

Money - Kamu sedang duduk santai di rumah, dompet tertinggal, dan harus transfer uang ke teman. Kalau dulu, kamu mungkin langsung panik. Tapi sekarang? Tinggal buka aplikasi bank digital, klik beberapa tombol, dan transfer selesai tanpa biaya admin. Semudah itu.

Bank digital bukan lagi pelengkap. Ia telah menjadi kebutuhan utama. Dari bayar tagihan listrik, investasi reksa dana, beli emas, sampai atur keuangan harian, semua bisa dilakukan lewat satu aplikasi yang selalu menempel di smartphone. Tahun 2025 menjadi saksi betapa masifnya bank digital di Indonesia. Dan sepertinya, kita belum melihat puncaknya.

Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan bahwa hingga akhir 2023, lebih dari 20 juta pengguna aktif memanfaatkan layanan bank digital di Indonesia. Nama-nama seperti Bank Jago, Blu by BCA Digital, SeaBank, Digibank by DBS, hingga Neo+ dari Bank Neo Commerce menjadi pemain utama dalam lanskap baru ini.

Bukan tanpa alasan. Bank digital menawarkan banyak kemudahan,

  • Transfer antarbank gratis.
  • Tanpa biaya administrasi.
  • Tidak ada denda saldo minimum.
  • Bisa diakses 24/7 tanpa antri.

Bagi generasi muda yang enggan ke kantor cabang, ini bukan sekadar fitur. Ini gaya hidup.

Bank digital makin masif di Indonesia karena kemudahan, bunga tinggi, integrasi investasi, dan gaya hidup cashless generasi muda yang serba digital. - Tiyarman Gulo

Inovasi yang Bikin Betah

Layanan bank digital saat ini jauh melampaui perbankan konvensional. Mereka tak cuma jadi tempat simpan uang, tapi juga pusat kontrol keuangan pribadi. Berikut beberapa inovasi yang bikin saya pribadi betah menggunakan layanan ini,

Investasi Emas Digital

Neo+ bekerja sama dengan Lakuemas, memungkinkan kita beli emas mulai dari Rp10.000 saja. Buat saya yang ingin diversifikasi aset tapi punya modal pas-pasan, ini solusi cerdas.

Deposito Berbunga Tinggi

Neo+ menawarkan bunga deposito hingga 8% per tahun, sementara SeaBank 7,5%. Bandingkan dengan deposito bank konvensional yang seringkali di bawah 4%. Tanpa harus datang ke kantor cabang, semua cukup lewat aplikasi.

Reksa Dana dan Saham

Bank Jago sudah terintegrasi dengan Bibit. Sekali klik, saya bisa investasi reksa dana langsung dari rekening. Uangnya langsung terpotong dari kantong investasi yang sudah saya siapkan.

Fitur Manajemen Keuangan

Fitur "Kantong" dari Bank Jago adalah favorit saya. Saya bisa pisahkan dana untuk kebutuhan harian, darurat, dan hiburan tanpa perlu bikin banyak rekening. Bagi kamu yang kesulitan menabung atau gampang lapar mata, fitur ini bisa jadi penyelamat.

Pengalaman Pribadi

Kalau ditanya, "Berapa aplikasi bank digital yang saya pakai?", jawabannya, lima. Ya, lima. Terlalu banyak? Mungkin. Tapi masing-masing punya keunggulan yang membuat saya susah lepas.

  1. Bank Jago, Andalan untuk budgeting dan investasi Bibit.
  2. Neo+, Tempat menyimpan dana jangka pendek dengan bunga tinggi.
  3. SeaBank, Rekening utama untuk transaksi e-commerce.
  4. Blu by BCA, Koneksi cepat dengan akun BCA utama saya.
  5. Digibank by DBS, Untuk investasi obligasi dan transfer ke luar negeri.

Memang agak repot di awal untuk verifikasi dan setting, tapi setelah itu semua berjalan mulus. UI/UX-nya intuitif, dan tidak pernah ada antrian. Pengalaman ini sangat berbeda dengan bank konvensional yang, mohon maaf, kadang menguras kesabaran.

Tantangan

Namun, tidak semua mulus. Ada beberapa hal yang masih mengganjal,

Keamanan Data

Dengan kemudahan, datang juga kekhawatiran. Saya pribadi masih was-was soal kebocoran data. Beberapa bank digital belum transparan soal sistem keamanan mereka. Bayangkan jika satu aplikasi diretas, semua informasi keuangan kita bisa bocor.

Ketergantungan Internet

Bank digital tidak bisa lepas dari koneksi internet. Saat sinyal hilang atau server error, kita bisa panik. Hal ini belum tentu terjadi pada ATM atau transaksi tunai.

Literasi Digital & Inklusi

Generasi tua dan masyarakat di pedesaan masih kesulitan mengakses layanan ini. Tak semua punya smartphone canggih. Apalagi mengerti OTP, KYC, atau scan QRIS. Bank digital belum sepenuhnya inklusif.

Didukung Teknologi Canggih dan Regulasi Negara

Bank digital berkembang pesat bukan hanya karena inovasi dari startup atau BUMN digital, tapi juga karena dukungan negara. Bank Indonesia sedang mengembangkan Rupiah Digital, yang akan menjadi alat pembayaran sah berbasis blockchain. Teknologi AI juga mulai digunakan untuk deteksi penipuan, personalisasi penawaran, hingga chatbot layanan nasabah.

Dengan peraturan yang lebih akomodatif dari OJK dan BI, ekosistem ini makin subur.

Saya tidak ingat kapan terakhir kali menarik uang tunai. Bahkan ketika belanja di warung atau naik ojol, saya lebih sering scan QRIS daripada bayar cash. Kalau tren ini terus berlanjut, bisa jadi lima tahun ke depan kita tidak lagi butuh dompet fisik. Semua ada di cloud. Di satu aplikasi bank digital.

Bayangkan, satu aplikasi bisa,

  • Simpan uang.
  • Bayar semua tagihan.
  • Investasi.
  • Beli emas.
  • Donasi.
  • Buka rekening baru dalam 5 menit.

Bank digital bukan cuma menjanjikan efisiensi. Mereka sedang membentuk cara baru dalam memandang uang.

Bank Digital Bukan Untuk Semua, Tapi Harus Bisa Diakses Semua!

Sebagai seseorang yang aktif menggunakan layanan digital, saya merasa sangat terbantu. Tapi saya juga sadar, tidak semua orang seberuntung saya. Literasi digital masih rendah. Banyak orang tua masih bergantung pada ATM dan teller bank fisik. Sementara sebagian masyarakat di daerah terpencil belum punya jaringan internet stabil.

Bank digital bukan berarti harus menggusur bank konvensional. Yang ideal adalah kolaborasi, bank digital menjangkau yang muda dan tech-savvy, sementara bank konvensional tetap melayani mereka yang butuh sentuhan langsung.

Jadi Bagian dari Revolusi Finansial

Bank digital adalah realitas baru. Bukan sekadar aplikasi, tapi perpanjangan dari gaya hidup dan cara kita mengelola keuangan. Ia bukan pengganti yang instan dari bank konvensional, tapi pelengkap yang memperkaya pilihan.

Dengan segala kelebihan dan kekurangannya, saya tetap percaya, bank digital adalah masa depan. Dan masa depan itu, kini ada di tangan kita semua.

Kalau kamu sendiri, sudah pakai bank digital apa?.(*)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun