Ya Allah,
Keragu - raguanku telah buat
Aku mampus dipenghujung titik kata
Degub - degup jantung yang Kau hadiahkan padaku,
Telah aku aliri doa doa neraka
Ya Allah,
Kubayangkan diriku pergi waktu itu,
Tak bercelana tak berkepala
Menyelam dalam sumur abu
Dan Engkau berteriak :
Kembalilah Nak!
Ya Allah,
Kubayangkan diriku lari waktu itu,
Tak melihat tak bertuhan
Mencoba mengeringkan laut dengan gayung
Dan Engkau berteriak :
Kembalilah Nak!
Kemudian kubayangkan aku Bermandikan lumpur, Ya Allah...
Sinting, kujambaki rambut - rambutku
Kuhancurkan pagar satu persatu
Tetapi
Begitupun,
aku tetap tega menenggelamkan jantungku
Pada nanah yang mendidih ;
Yang kuminum
Yang kurampas
Yang kukeluhkan
Yang kutertawakan
Yang kusadari
Dan Yang telah aku duakan!
Lalu dengan gemetar,
Kubayangkan dirimu 'kan berkata :
Pulanglah Nak...
Pulanglah...
Allah!
Allah!
Allah!!!!!
2]
Memang,
Setiap takut selalu punya jawaban
"Ah, ada yang lebih pendosa dibandingkan aku."
Namun pantaskah kita menoleh jendela dan lupa cermin di depan mata?
Bukankah kuburan adalah pintu satu orang?