Mohon tunggu...
Tirta Adithiya nugraha
Tirta Adithiya nugraha Mohon Tunggu... Lainnya - sedikitpi mahanganggur

bercita - cita menjadi elit global dan penerbang roket

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pria Tua Pecah Sendinya

20 November 2020   02:32 Diperbarui: 20 November 2020   02:34 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pria berambut uban. Kurus kerontang
lambat geraknya. Skali kau menyentuhnya, maka peccah sendi - sendinya

Namun demikian, ia tetap dipaksa
bekerja karena pejabat dan
perusahaan - perusahaan besar, butuh
tenaga handal

Untuk jasa pencairan dana
cepat. Pada; bangun jalanan
bantuan - bantuan
jaminan - jaminan
perlindungan

Dan teknisi handal dalam
menanam paku, sukarelawan
mencoba baju distro
cap kelontongan

meski demikian, ia menolaknya
Ia ingin dibiarkan sendirian
tertidur di lempung tanah
kering. Berselimut debu selokan

"Biarkan perumahan - perumahan
dibangun di sawah - sawah
aku tidak peduli!" Katanya.

Ia ingin bermain - main
gasing layang - layangan seperti
anak kecil. Memanipulasi monopoli

Tanpa penjara dengan modal,
membangun hotel di Kanada dan
daerah istimewa wisata

Untuk anak cucunya, lanjutkan
melarat. Tetapi demikian, ia sadar lapar
bukan sahabat pria tua. Untung
saja mandor tempat ia dipekerjakan,

Dermawannya minta ampun!
dipeliharahlah ia, diberi makan - minum
layaknya satwa, rawan kepunahan.

Maka demikian, hidup berlanjut untuk
Pria tua
Yang peccah sendi - sendinya...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun