Mohon tunggu...
tika
tika Mohon Tunggu... Full Time Blogger - A blue story

───── ❝ 𝓂𝑒𝓃𝓊𝓁𝒾𝓈 𝓊𝓃𝓉𝓊𝓀 𝓀𝑒𝒶𝒷𝒶𝒹𝒾𝒶𝓃 ❞ ───── 𝐀𝐧𝐨𝐭𝐡𝐞𝐫 𝐦𝐲 𝐰𝐫𝐢𝐭𝐞 : ⚫ 𝗕𝗹𝗼𝗴 [𝗵𝘁𝘁𝗽𝘀://𝗮𝗯𝗹𝘂𝗲𝘀𝘁𝗼𝗿𝘆𝗶𝗱.𝘄𝗼𝗿𝗱𝗽𝗿𝗲𝘀𝘀.𝗰𝗼𝗺/] ⚫ 𝗪𝗮𝘁𝘁𝗽𝗮𝗱 [𝗵𝘁𝘁𝗽𝘀://𝘄𝘄𝘄.𝘄𝗮𝘁𝘁𝗽𝗮𝗱.𝗰𝗼𝗺/𝘂𝘀𝗲𝗿/𝗯𝗹𝘂𝗲𝗸𝘀𝗶𝗮]

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Untuk Diri Ini

8 April 2019   19:41 Diperbarui: 13 September 2020   20:32 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source : pinterest.com

Untuk diri ini, 

Sudah sejauh ini berjalan, mendaki, berenang mengairi samudra di antara pulau kehidupan. Kau sudah cukup hebat akan hal itu. Hebatnya melebihi apapun, tak usah mengira-ngira karena kau tak perlu tahu seberapapun kau melangkah akan ada saatnya terjatuh. Semua layaknya roda. Kau bisa di atas maupun di bawah, jika sudah di atas mengadah lah tatap langit biru yang sempat memandangmu rendah. Namun, tetaplah rendah diri. Untuk senantiasa berkawan dengan masa lalu yang pernah membuatmu mengerti akan sejuta hal yang perlu kau ketahui.

Salah itu memang wajar, di bumi tak ada manusia yang bisa menganggap orang lain benar, yang di ingat hanyalah satu kesalahan dari seribu kebaikan yang sudah tertutup begitu saja. Diri ini memang tak ada yang istimewa, namun tuhan menciptakan manusia dari ribuan sisi. Jika tak unggul dalam sisi kanan bisa saja kau unggul dalam sisi kiri, jika di ibaratkan mungkin seperti itulah kiranya. Masing-masing memiliki kekurangan dan kelebihan semua itu patut untuk di syukuri. Karena di balik semua itu tuhan menyajikan kebahagian yang berlipat ganda bagi setiap umatnya yang mau bersyukur. 

Mungkin saat ini adakalanya kita merasakan bahwa hidup ini seolah racun. Tentunya kita butuh penawar untuk perihal itu. Jika banyak ribuan orang yang membeci, mungkin ini saatnya diri ini harus benar-benar mencintai diri sendiri untuk yang lebih dalam lagi.  Maaf jika diri ini ingin menuntut lebih. Ingin mencoba menggengam lebih erat namun perlahan terlepaskan oleh kesakitan yang tengah menderu. Maaf jika diri ini sering kali meminta untuk menjadi orang lain sehingga melampaui batas wajar. Maaf jika diri ini belum sepenuhnya mengerti. Diri ini seolah sudah tergores oleh ribuan luka, namun masih mencoba untuk tetap bangkit. Sudah banyak menghabiskan tangisan, untuk menggapai mimpi yang sudah kau rapal. Pada akhirnya kehilangan arah, semua mendadak menjadi kelabu dan abu. Semesta ingin semua bahagia, mungkin bersimpuh lewat doa akan menjadi semua hal lebih baik. 

Untuk diri ini terima kasih sudah tegar seperti batu karang, meski terkikis ia tetap kokoh menerjang ombak yang tengah menderu. Kuharap kau akan berdamai dengan masa lalu, yang membawamu menjadi seseorang yang tegar tanpa malu menatap langit yang sempat mencemooh. Tetap hidup, dan teruslah hidup sampai semesta menghendaki kau tak lagi berpijak dibumi. Temukan kebahagiaanmu disela-sela kesedihan yang sering kali menerpa. Sebenarnya kita tahu mengapa tuhan membuat duka itu abadi, ia layak untuk dikenang namun tidak layak untuk terulang kembali. Jangan pernah merasa ragu untuk bangkit, semoga kau menjadi manusia yang sepantasnya. 

Dear my self, someday i'll make you proud of this self :) 

-diri ini 2019

kompasiana-end-5f5cdda1d541df289a58a9f2.png
kompasiana-end-5f5cdda1d541df289a58a9f2.png

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun