Kami berpisah di perempatan Malioboro. Ia melambaikan tangan sebelum menyeberang.
"Hati-hati di rumah, Mbak Arina. Jangan salah naik kereta lagi ya," katanya sambil tertawa.
Aku ikut tertawa, membalas lambaian itu. "Siap, Mas Dikta"
Langkahku kemudian menyusuri trotoar Malioboro yang mulai ramai. Di antara hiruk pikuk turis dan pedagang, hatiku terasa ringan. Aku memikirkan perjalanan ini betapa banyak kebetulan kecil yang kadang membawa senyum.
Mungkin hidup memang seperti naik kereta: kita kadang salah gerbong, salah duduk, atau bahkan salah arah. Tapi selama kita berani tertawa atas kesalahan itu dan terus melangkah, kita akhirnya tetap sampai di tujuan yang seharusnya.
Dan siapa tahu, di antara kursi-kursi yang salah itu, kita bisa bertemu seseorang yang membuat perjalanan menjadi lebih berkesan.
Aku menatap langit Jogja sekali lagi sebelum melangkah masuk gang menuju rumah.
Hari itu, aku tahu perjalanan pulangku bukan hanya tentang kembali ke kota kelahiran, tapi juga tentang menemukan cara baru untuk menikmati arah hidup yang tak selalu pasti.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI