Entah kutujukan pada siapa kata kata yang keluar dari belahan bibirku ini terdengar bergetar dengan nada getir yang pekat bulir bening lelehan air mataku hanya membuat pandanganku kabur rasanya aku sudah kehabisan air mataku
"dik Rara...."Â
Suara mas Har seakan membangunkanku dari mimpi panjang yang teramat melelahkan bagiku
Kuberanikan kutatap keduanya, dua manusia yang amat kusayangi... dua dua nya aku cintai tanpa Riri aku tak mungkin bisa melalui masa masa sulitku sepeninggal ayah
Tanpa mas Har gak mungkin aku sempat merasa begitu hidup, keheninganku kian terasa berwarna, langitku selalu terlihat membiru karena kehadiran mas Har menebarkan benih harapan juga dihatiku
Betapapun perihnya rasa dukaku, namun lukaku akan semakin dalam jika aku harus kehilangan salah satunya, bagiku mas Har dan Riri bak sekeping mata uang yang harus selalu aku genggam dan tak kan aku lepaskan
Bulan depan saat waktu pernikahanku berlangsung, janin dalam tubuh Riri telah berusia 120 hari saat dimana ruh mulai ditiupkan dan jabang bayi itu sudah menjadi makhluk hidupÂ
Dan selama 3 bulan ini Riri menyembunyikan kehamilannya tidak saja padaku tapi juga pada mas Har betapa tersiksanya Riri dengan kehamilannya selama ini sementara aku dan mas Har bersuka cita jelang masa pernikahan kami
Aaah....napasku terasa semakin sesak, rasa sayang ku pada Riri begitu besar begitu juga dengan rasa cintaku pada mas Har
"mas Har aku sudah maaf kan khilaf mu"
Kulihat mas Har menghela napas lega, walau kabut rasa bersalah masih menyelimuti wajah tenangnya yang selama ini menemaniku dalam setiap helaan napasku