Mohon tunggu...
Thoyib Abdullah
Thoyib Abdullah Mohon Tunggu... Lainnya - Ecommerce - Freelance Writer and Teacher - Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Inggris

The deeper I see, the more I understand the feeling -------- Ecommerce Enthusiast, Freelance Writer and Teacher, Postgraduate Student of English Education, Pendamping Proses Produk Halal (Certified Halal Product Process Assistant)

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Mendung dan Rindu

10 Januari 2024   13:47 Diperbarui: 10 Januari 2024   13:56 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Di langit mendung, rindu memayungi,
Jejak kenangan terukir indah di sana.
Hembusan angin membawa bisikan hati,
Merindu, memanggil dalam sunyi malam.

Bayanganmu menari di awan gelap,
Seperti kilatan cahaya yang mengusik.
Mendung pun ikut memahami getar,
Rindu yang membakar, namun tak terucap.

Titik-titik hujan jatuh perlahan,
Seperti air mata yang menetes diam.
Mengingatkan pada pelukan hangat,
Yang kini hanya jadi kenangan sunyi.

Mendung, saksi bisu akan rindu ini,
Menyampaikan pesan dalam gemuruh hati.
Meski jarak memisahkan langkah kita,
Rindu tetap hadir, takkan pernah mati.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun