Mohon tunggu...
Theresia Iin Assenheimer
Theresia Iin Assenheimer Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu dari dua putra

Belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Pengalaman Menurunkan Berat Badan Bersama Keluarga

10 September 2021   18:56 Diperbarui: 12 September 2021   03:47 872
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menu pilihan saat makan di restaurant, salat tomat dengan keju mozarela dari susu kerbau/dokumentasi pribadi

Wah... kompasiana menawarkan topik pilihan tentang pengalaman menurunkan berat badan, menarik sekali. Kebetulan kami sekeluarga lagi dalam usaha ini, menurunkan dan mempertahankan berat badan.

Kami yaitu, suami dan ke dua anak saya kegemukan atau kelebihan berat badan. Saat itu anak-anak masih kecil dan oma atau ibu mertua belum meninggal dan tinggal bersama kami. Ibuku juga tinggal tidak jauh dari kami.

Berikut ini saya ceritakan beberapa hal yang menyebabkan kami sekeluarga kegemukan.

1. Sibuk dan tidak ada waktu masak

Saya dan suami sama-sama sibuk bekerja meskipun saya hanya bekerja parttime, sering capek pulang kerja dan tidak ada waktu untuk masak. Selain itu saya harus menjadi sopirnya anak-anak mengantar jemput segala kegiatan ektra mereka, seperti les piano, latihan misdinar, kursus bahasa inggris, latihan dan tanding Handball. (Tentang handball saya pernah tulis di kompasiana) Jadi kompletlah kesibukan saya dan tidak ada tenaga lagi untuk masak.

Demi praktisnya dan murah, hampir setiap hari daging merupakan menu utama, di tambah nasi, pasta, kentang goreng dan sedikit sayur dan salat. Di Jerman daging jauh lebih murah daripada tahu dan tempe.

Sebagai contoh, daging sapi yang biasa 1 kilogram 15 Euro, atau 100 gram 1,5 Euro, sedangkan 100 gram tahu atau tempe 2 Euro atau 20 Euro 1 kilogram.

2. Memanjakan dengan cara yang salah, yaitu dengan membiarkan keluarga dan anak- anak makan tanpa batas

Anak-anak makan siang di sekolah, tetapi di rumah oma selalu masak dan suka makan kue-kue , puding, es krim dan coklat. Jadi di rumah selalu ada kue baik itu membeli atau kadang membuat sendiri. Saya juga masak karena tidak puas kalau tidak makan nasi.

Setiap kali pulang dari sekolah anak-anak selalu makan masakan oma, plus makanan penutup. Makan penutup ini kadang kue, puding atau es krim. Jadi anak- anak selain makan siang di sekolah juga makan siang di rumah masakan oma.

Saya masak untuk makan malam, jadi makan malam kami makan hangat lagi. Tentu saja senang kalau seluruh keluarga makan masakan saya. padahal kalau mengikuti kebiasaan makan malam orang Jerman, sebenarnya kami tidak akan kegemukan karena makan malam orang Jerman, makanan dingin. Mereka makan malam hanya sepotong roti dan sepotong atau dua potong tipis daging asap, keju dan salat, kalau sempat buat.

Ibuku yang tinggal tidak jauh dari kami, sering datang dan selalu membawa kue-kue. Ibuku suka bikin kue tetapi makan paling hanya sepotong dan yang lainnya untuk kami, tidak heran kalau ibuku tetap langsing. 

3. Kurang gerak dan tidak olah raga

Kalau seharian sudah bekerja dan beraktivitas, ujung-ujungnya kecapekan dan hanya menghabiskan waktu di depan TV atau komputer. Apalagi di musim dingin, dimana anak-anak tidak main di luar dengan teman-temannya. Saya dan suami juga tidak bekerja di kebun dan halaman untuk merawat tanaman. 

Kemana-mana naik mobil atau sepeda motor, meskipun dekat dan bisa jalan kaki atau naik sepeda. Dengan mobil atau sepeda motor tidak capek dan cepat, tetapi hampir tidak membuang energi.

4. Ngemil

Kalau sudah duduk tenang-tenang di atas sofa, nonton TV sudah bisa diduga pasti ngemil, mending kalau cemilannya buah, pasti goreng-gorengan atau yang manis-manis kue-kue sampai coklat. Bisa di pastikan kalau bukusnya belum habis, pasti tidak akan berhenti ngemil. Tidak heranlah kalau semua mengumpul di perut dan menjadi gendut.

Hal-hal tersebut di atas yang membuat kami sekeluarga kelebihan berat badan dan kegemukan. Anak- anak sering diejek dan ditertawakan karena kegemukan. Kami berdua memiliki tekanan darah tinggi dan harus minum obat setiap hari. Suami sering merasa tidak enak badan, saya sering pusing-pusing.

Anak pertamaku sakit pergelangan kakinya kalau terlalu banyak makan daging. Dokter menganjurkan merubah pola makan.

Sampai suatu saat kami hentikan kebiasaan lama kami yang makan tidak terkontrol dan sedikit bergerak. Anak-anak mulai masa puber, mulai jatuh cinta dan malu memiliki kelebihan berat badan.

Maka mulailah diet keluarga kami, jujur suami dan anak keduaku disiplin banget dan dalam satu tahun kehilangan berat badan mereka lebih dari 10 kilogram. Anak keduaku mencapai berat badan sangat ideal dan tidak lagi ditertawakan orang. Jujur Anak keduaku paling disiplin juga papanya. Aku dan anak pertamaku tidak terlalu disiplin, jadi tidak selangsing suami dan anak keduaku.

 Mengapa kami sebutkan diet keluarga. Karena merubah pola makan berlaku untuk seluruh keluarga. Mulai dari belanja ,memilih menu makanan dan cara mengolah makanan.

Berikut ini kami sampaikan langkah-langkah kongkrit yang kami lakukan untuk mengurangi berat badan dengan mengubah pola makan.

1. Mengurangi makanan dari produk hewan

Seperi saya sampaikan di atas, anak keduaku dan suami diet keras sampai mencapai berat ideal. Suami paling radikal, saat ini suami menjadi veganer yang berarti tidak lagi makan makanan apapun dari produk hewan, baik itu susu, telor apalagi daging dan ikan. Suami dan anak -anak memutuskan menjadi veganer setelah membaca buku-buku tentang hidup sehat.

Selain lebih sehat dengan menjadi veganer juga latar belakang memproduksi makanan bukan vegan di Jerman dan di negara-negara maju lain kadang tidak manusiawi dan tidak memperhatikan lingkungan.

Hal-hal ini yang menyebabkan anak-anak suami dan orang-orang memilih menjadi veganer.

Anak-anak juga veganer tetapi tidak veganer penuh, bila diundang makan atau kita merayakan hal-hal tertentu masih makan produk hewan, misalnya daging, ikan, es krim, keju, telor dan produk lain dari hewan, tetapi untuk makan sehari-hari mereka makanan vegan.

Seandainya mereka makan dagingpun mereka harus tahu pasti bahwa makanan yang dimakan diproduksi dengan baik.

Dengan baik di sini berarti petani mendapatkan juga bagian keuntungannya dan hewannyapun bukan hewan yang diproduksi secara masal yang melupakan bagaimana hidup hewan tersebut.

Misalnya ayam yang tidak mengenal udara bebas dan tidak mengenal alam bebas, hidup dikandang yang sempit. Pokoknya hewan yang tidak bahagia.

2. Lebih banyak makan sayur, salat dan buah-buahan segar dan cukup minum air putih

Sekarang kami memiliki kebiasaan sebelum makan, minum air putih dahulu dan makan salat terlebih dahulu sebelum makan makanan pokok. 

Sayuran merupakan makanan utama kami, disamping tahu, tempe atau makanan lain sebagai pengganti daging. 

3. Mengurangi makanan yang mengandung karbohidrat

Dulu makanan favorit kami, mie goreng, nasi goreng, kentang goreng dan segala macam pasta dan pizza. Saat ini segala macam makanan yang mengandung karbohidrat kami singkirkan atau kami kurangi.

Kami coba kenyang dengan sayuran, salat dan buah bukan dengan nasi, kentang, mie atau roti.

Hal ini terasa sekali, di perut terasa ringan dan tidak berat.

4. Mengurangi makanan yang manis-manis, kue-kue dan tart

Suami dan anak keduaku sangat keras dalam hal ini, mereka berdua tidak makan kue-kue dan tart sama sekali, juga tidak makan es krim, puding , joughurt dan coklat.

Anak pertamaku dan saya masih makan kue, tapi sepotong kecil saja dan cukup.

5. Tidak minum, minuman manis

Dulu kami suka sekali minuman dingin es teh dan soft drink seperti cola dan fanta dingin, apalagi di hari yang panas. Saat ini minuman pokok kami air putih, teh dan kopi tidak manis. Kadang kami minum jus buah, tetapi kami memilih jus buah yang tidak memakai gula atau pemanis lain, sari buah yang benar-benar diperas dari buahnya tanpa tambahan pemanis apapun.

6. Tidak makan goreng-gorengan

Saya mencoba masak yang sedikit mungkin digoreng dengan minyak banyak. Misalnya menggoreng tahu atau tempe cukup digoreng dengan minyak sediki atau lebih banya dikukus dan di bakar.

Masakan tidak digoreng dengan minyak banyak ini ternyata juga enak. Anak-anak selalu bilang," dikukuspun juga enak mama, yang penting bumbunya enak"

7. Merubah jenis cemilan

Dulu di toples selalu ada cemilan misalnya krupuk, rempeyek, kentang goreng. Saat ini buah selalu ada di meja. Buah apa saja yang sedang musim. Jadi kalau ngemil lebih baik ngemil buah. Kacang ada tetapi sebisa-bisanya bukan kacang goreng, tetapi yang dipanggang atau digoreng tanpa minyak. Karena kacang juga sehat dan perlu.

9. Cukup gerak dan olah raga

Anak-anak sejak kecil saya masukan ke klub Handball, hal ini pernah saya tulis di kompasiana. Dengan latihan handball anak-anak mempunyai jadwal olah raga yang rutin.

Suami pergi bekerja naik kereta, dari rumah setiap hari jalan kaki dari rumah ke stasiun kereta 15 menit satu jalan. Jadi pulang pergi jalan 30 menit. dari statiun kereta ke kantor jalan kaki lagi 10 menit, berarti pulang pergi 20 menit. Kantor suami ada di lantai 12, suami bilang, selalu jalan tangga tidak pernah ambil lift, lebih baik berangkat lebih awal.

Demikian juga saat pulang, dari lantai 12 itu juga jalan kaki menuruni tangga.

Saya juga demikian, naik kereta ke tempat kerja dan dari rumah ke statiun kereta saya naik sepeda. Terus terang saya tidak jalan kaki seperti suami.
Semua keperluan yang kami lakukan di kampung kami, kami selesaikan dengan sepeda atau jalan kaki, tidak dengan mobil. Mobil ada di dalam garasi, dipakai untuk perjalanan jauh dan tidak mungkin dicapai dengan sepeda atau jalan kaki.

Setahun sekali, sebelum pandemi saya ikut ziarah jalan kaki ke Wahlduern, sejauh 96 kilometer jalan kaki. (pernah saya tulis di kompasiana, dengan judul " Berdoa dengan kaki") Untuk itu saya harus rajin latihan, kalau tidak rajin latihan jalan kaki, kehabisan nafas dan tidak kuat jalan kaki.

Jadi di waktu senggang, suami dan saya melakukan power working atau jalan kaki dengan dua tongkat, paling tidak 30 menit setiap hari.

10. Hobi yang mendukung penurunan berat badan

Kesenangan dan hobi menulis di kompasiana, juga menurunkan berat badan. Dulu sebelum suka nulis di kompasiana, setiap ada waktu libur dan senggang belanja dan masak yang aneh-aneh dan ujung-ujungnya makan. Lebih parah lagi kalau ngeluyur dan pergi makan.

Sekarang dari pada ngeluyur dan jajan tidak jelas, lebih baik duduk, membaca tulisan teman-teman kompasiana, dimana saya banyak belajar dari tulisan mereka atau menulis.

Hobi berkebun, merawat tanaman, menanam juga merupakan hobi yang menyenangkan dan selalu bergerak, mencabuti rumput, menggemburkan tanah, memotong dahan-dahan kering.

Dan masih banyak hobi lagi yang mendukung untuk menurunkan dan mempertahankan berat badan ini.

Kadang -kadang anak-anak menyeletuk, "Mama fuer dich Essen ist so wichtich" atau Mama untukmu makan sangat penting" . Oh saya agak kaget juga saat anak-anak bilang begitu. Aku menjadi sadar, dan bertanya dalam diri, Apakah makan untukku?"

Hidup untuk makan atau makan untuk hidup. Sejak saat itu aku menjadi sadar. Aku tidak mau lagi, dalam hidupku, Hidup untuk makan"

Jadi makan bukan lagi menurut nafsu tetapi merupakan kebutuhan, orang Jerman bilang," Lust oder muss" yang berarti menuruti nafsu atau merupakan suatu keharusan. Jadi kita makan sekedar supaya tetap sehat kalau tidak boleh dikatakan tetap hidup.

Saat ini anak-anak sudah dewasa, anak pertama sudah bekerja dan tinggal di apartemennya sendiri di Frankfurt. Dia  mempertahankan pola makan sehatnya dengan menjadi veganer.

Saat ini tidak lagi mengeluh sakit pergelangan kaki sejak merubah pola makan. Karena kesibukannya di kantor dia mengeluh hampir sulit untuk teratur berolah raga. untuk main hadball tidak mungkin lagi karena lututnya pernah terluka, jadi untuk olah raga ke fitnes studio saja di akhir pekan.

Anak ke dua studi di St. Gallen Swiss, masih veganer, apalagi daging dan harga-harga bahan makanan Swiss jauh lebih mahal dari di Jerman, jadi lebih baik vegan, katanya.  Meskipun  makanan vegan juga tidak murah. 

Untuk  olah raga, anak keduaku menjadi pelatih handball di uninya,  secara teratur joging atau ke fitnes studio di uninya dan setiap hari jalan kaki pulang pergi ke uninya yang berada di puncak bukit itu.

Inilah sekedar pengalaman kami menurunkan dan mempertahankan berat badan.

Semoga pengalaman kecil ini, memberikan sedikit inspirasi untuk teman-teman pembaca kompasiana.

Belanja jalan kaki di musim gugur/dokumentasi pribadi
Belanja jalan kaki di musim gugur/dokumentasi pribadi
Hobi jalan kaki dengan ikut grup peziarah jalan kaki/dokumentasi pribadi
Hobi jalan kaki dengan ikut grup peziarah jalan kaki/dokumentasi pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun