Mohon tunggu...
Theodorus BM
Theodorus BM Mohon Tunggu... Administrasi - Writer

Seorang pemuda yang senang menyusun cerita dan sejarah IG: @theobenhard email: theo_marbun@yahoo.com wattpad: @theobenhard

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

The Humble (Cerpen Rohani)

2 Agustus 2021   11:46 Diperbarui: 2 Agustus 2021   12:06 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Agustinus terpancing dengan perkataan Josephus, "Sepertinya kau tidak pernah punya hamba yang kauanggap seperti sanak saudara sendiri, Josephus. Yonas sekarang berada di kamar belakang rumahku, anak istrinya menungguinya sambil berharap ia sembuh. Termasuk diriku. Ia adalah pelayan terbaikku, tidak pernah mengeluh, dan selalu setia memberitahukan rencana musuh. Aku benar -- benar ingin ia sembuh."

Lagi -- lagi Yosimelek berusaha menenangkan Agustinus. "Tenanglah, Agustinus. Kami benar -- benar paham apa yang menjadi keresahanmu. Abaikan saja perkataan si Josephus ini. Aku tahu kau berhati baik dan mulia."

Agustinus mulai menangis. "Anak istri Yonas, Yosimelek. Seharian mereka berada di samping Yonas, menyeduhkan obat dari tabib, mengelus rambutnya, namun malah kesakitan yang semakin merajalela. Aku tidak tega melihatnya, aku tidak tega."

Yosimelek mengangguk -- angguk, "Kau katakan tadi kau ingin bersembahyang di sini. Masuklah. Semoga Allah mendengarkan doamu."

Tirum menimpali, "Pergilah, Agustinus. Kau tahu Adentus menunggui kita. Kita tidak punya banyak -- banyak waktu."

Agustinus menyeka air matanya dan melepas kasut kakinya, lalu melangkah masuk. Usai Agustinus lenyap dari pandangan, Yosimelek berkata.

"Kau tahu, Tirum, orang seperti Agustinus ini sangat jarang sekali. Perbaikan sinagoge ini adalah jasanya. Sifatnya juga sangat berlainan seperti orang Romawi lainnya yang kasar dan suka memerintah. Selain itu ia memperlakukan pelayannya dengan manusiawi."

Tirum sedikit tersenyum, "Ia menyebut Yonas dengan pelayan, bukan, dan bukan budak?"

Josephus menimpali, "Di mana -- mana orang Romawi adalah penjajah, itu sudah merupakan ketetapan umum."

"Lebih baik kau tidak memiliki mulut, Josephus. Untung saja aku tahu kau ini suka bercanda. Pagi ini di antara tua -- tua Yahudi justru kau yang hadir, sungguh sial sekali."

Josephus tertawa. Pada saat itu Agustinus keluar dari ruang ibadah dan memakai alas kakinya. Yosimelek berucap.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun