Mohon tunggu...
Theodorus BM
Theodorus BM Mohon Tunggu... Administrasi - Writer

Seorang pemuda yang senang menyusun cerita dan sejarah IG: @theobenhard email: theo_marbun@yahoo.com wattpad: @theobenhard

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kasus Ibu-ibu Ganjen [Detektif Kilesa]

14 Agustus 2020   14:47 Diperbarui: 14 Agustus 2020   15:41 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.istockphoto.com

Berbeda dari dua orang yang mudah naik pitam, Rachel menjawab dengan dingin, "Tentu saja, Indira. Ayahku baik -- baik saja. Masih bisa berpikir secara inovatif. Malahan bulan depan kami akan meluncurkan teknologi 5G, khusus untuk semua pelanggan kami. Kalian tunggu saja."

Bu Hakim menengahi, "Sudah, sudah. Ngomong -- ngomong, kita melupakan sesuatu. Kita belum memesan. Lihat itu. Pelayan itu sudah berdiri sedari tadi, mendengarkan celotehan kita. Nah, kemari, pak. Kami mohon maaf sudah membuat Anda menunggu."

Di sebelah Bu Hakim, Kartika masih mendumel dan mengeluarkan umpatan, sementara itu aku mendengar bisik -- bisik dari Shanty bahwa ia tidak suka Bu Hakim minta maaf kepada waitress. Dia 'kan hanya pelayan, seperti itulah yang kudengar. Namun yang satu ini komplain dilakukan secara terang -- terangan.

"Banana rainbow milk? Medium grilled steak? Apa ini? Apakah ini caf pinggir jalan? Di tempatku biasanya menunya berkelas. Ada salmon, cheese, pasta, margarita, dan lain -- lain. Minumnya wine, bukan pewarna buatan. Aduh, ada -- ada saja."

Yang berkata adalah Utari, si Bu Nyinyir. Sudah kuduga. Ia memang selalu vokal. Namun setelahnya ada kata -- kata manis dari Indira.

"Saya minta gurame bakar crispy satu, ya, versi spesial. Untuk minumnya, bisa es kopyor."

Pelayan mengangguk dan tersenyum. Ada dua versi tipe memesan di perkumpulan itu. Bu Hakim, Indira, dan Rachel memesan dengan senyum ramah. Sebaliknya, Kartika, Utari, Shanty, dan Charlotte memesan dengan muka masam. Setelah pelayan pergi, tiba -- tiba Bu Hakim teringat sesuatu.

"Ya, ampun. Kita melupakan seseorang. Di mana Helena? Ya, ampun, aku baru ingat saat aku menatap kursi kosong di hadapan kita. Ya, ampun. Ya, ampun."

Rachel juga seperti merasa bersalah, "Oiya, kukira siapa yang kurang. Ternyata Helena. Aku juga lupa, duh. Sepertinya ia masih sibuk mengurusi pacarnya itu. Bolak -- balik ke polisi. Terakhir, yang aku tahu, ia pasti akan ke rehab. Maklum, artis. Hahaha."

Sedang asyik membicarakan orang yang belum hadir, tiba -- tiba seseorang berwajah cantik menghampiri meja dengan tergesa -- gesa. Saking terburu -- burunya, ia hampir menabrak meja di sebelah kiriku. Ya, sepertinya inilah Helena itu.

Wajahnya berkeringat saat meminta maaf. "Aduh, maaf, maaf, kawan -- kawan, aku terlambat. Aku baru saja menemani Johan Bansu ke polisi. Maaf, sekali lagi."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun