Pajak Penghasilan: Jeritan Keadilan
Di meja hijau, mata hukum terpejam,Â
PPh 21, angka-angka bergumam.Â
Keadilan dicari, tapi di mana?Â
Di balik laporan, nurani tercabik jua.
Gaji dipotong, darah keringat jadi bea,Â
Untuk negara, katanya, demi sejahtera.Â
Tapi lihatlah si pemungut, senyum merekah,Â
Kalkulator di tangan, untung berlimpah.
Orang kecil mengeluh, kantong kempis tak bersisa,Â
Sementara yang besar, akal bulus tak terhisa.Â
Pajak katanya sama, adil tanpa pandang muka,Â
Namun di lapangan, cerita berbeda nyata.
Formulir berlembar, ruwet tiada tara,Â
Seperti labirin, jebakan para birokrat.Â
Jasa konsultan dicari, biaya membengkak,Â
Demi patuh aturan, dompet makin retak.
Pemungut tersenyum, dalihnya tegakkan regulasi,Â
Padahal beban rakyat, makin jadi ilusi.Â
Keadilan pajak, hanya frasa manis di bibir,Â
Bagi yang berkuasa, rejeki takkan berakhir.
Di balai kota, rapat bergemuruh,Â
Angka-angka PPh 21, seolah sihir yang ampuh.Â
Keadilan ditegakkan, kata pembesar di mimbar,Â
Namun di dapur rakyat, tangis pecah terhampar.
Karyawan merana, hitungan tak berujung,Â
Setiap rupiah digali, tiada yang luput.Â
Sementara di atas, tawa riang berdendang,Â
Lobang pajak disulap, jadi fatamorgana uang.
Dalih pemerataan, jadi mantra sakti,Â
Padahal beban dipikul, oleh pundak yang sepi.Â
Keadilan pajak, hanya kisah di buku usang,Â
Bagi yang berkuasa, rejeki takkan pernah hilang.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI