Di sinilah ibu berusaha mengisi ruang itu. Bukan untuk menjadi “ayah”, tapi untuk memastikan anak tetap merasa cukup dan dicintai.
Dalam keseharian, ibu tunggal menjalani dua peran sekaligus: menjadi pelindung dan penyemangat, pengasuh sekaligus penyedia nafkah bagi keluarganya. Dengan cara demikian, ibu berusaha untuk selalu hadir bagi anaknya, mengisi ruang kosong yang ditinggalkan sang ayah.
Ibu hadir untuk merawat kekosongan
Dampak ketidakhadiran ayah dalam keluarga, menurut beberapa penelitian, sangat bervariasi. Bisa berdampak pada rendahnya kepercayaan diri dan kestabilan emosi anak. Pada studi lainnya, ditemukan bahwa tingkat kecemasan dan depresi pada remaja yang kehilangan ayah tidak menunjukkan perbedaan berarti dibandingkan mereka yang memiliki ayah secara fisik.
Ini menunjukkan satu hal penting bahwa bukan struktur keluarga yang menentukan kualitas hidup anak, tapi kualitas hubungan yang dibangun di dalamnya. Banyak anak menunjukkan ketahanan luar biasa ketika mendapat dukungan dari figur pengganti dan keterlibatan komunitas yang positif.
Tak ada resep tunggal untuk membesarkan anak tanpa ayah. Namun banyak ibu tunggal telah membuktikan bahwa cinta yang konsisten dan kehadiran yang hangat bisa menjadi fondasi kokoh, bahkan di tengah kekosongan peran ayah.
Mereka melakukan hal-hal sederhana tapi bermakna dan akan diingat oleh sang anak hingga mereka dewasa. Menyiapkan bekal setiap pagi, berdoa bersama, sesekali memasak menu istimewa, atau sekedar memainkan irama musik bersama.
Mereka tahu bahwa kehadiran bukan soal jumlah waktu, tapi kualitasnya. Ketika anak merasa didengar, diperhatikan, dan disayangi, itu menjadi bekal besar dalam menumbuhkan rasa aman dan kepercayaan diri.
Kehadiran ibu tunggal untuk mengisi 'ruang kosong' bagi anaknya, juga merupakan pembelajaran besar bagi dirinya sendiri. Ibu harus punya strategi sendiri yang dilakukan, supaya anak bisa bertumbuh dan tidak terluka, dan dirinya juga tetap waras menjalani hidup.
Anak-anak berhak tahu situasi keluarganya, tapi tidak dengan cara yang membebani. Beri penjelasan dengan lembut, jujur, penuh kasih dan sesuai dengan usia anak.
Nilai-nilai positif seperti tanggung jawab, keberanian, dan ketegasan bukanlah eksklusif milik ayah. Ibu juga bisa mengajarkannya melalui contoh sedrhana, misalnya berani mengambil keputusan, jujur dalam kesulitan, dan tetap berdiri tegak meski sendirian.