“Cinta dalam keluarga dijalani dalam tindakan kecil sehari-hari, lebih dari sekadar kata-kata besar.” — Amoris Laetitia
Paus Fransiskus dalam homilinya mengingatkan, bahwa tindakan kecil itu datangnya dari hal sederhana yang lahir dari kebiasaan sehari-hari.
Duduk bersama di meja makan misalnya, adalah hal sederhana dimana anggota keluarga bisa saling berbagi cerita, menanyakan kabar satu sama lain, atau memberi pelukan hangat, bukan sekedar asyik dengan dunia segi empat di genggamannya.
Hal yang sangat sulit dilakukan saat ini, ketika arus informasi benar-benar membayangi seluruh aspek kehidupan dan akhirnya berdampak pada relasi anggota keluarga dan lainnya.
Tidak ada keluarga yang sempurna
Keluarga bukanlah tempat yang sempurna. Dalam pertumbuhannya selalu ada luka, sekaligus harapan dan kasih yang tumbuh bersama. Mungkin kita tidak selalu tersenyum di dalamnya, tapi yang pasti, kita tetap tinggal.
Ada satu hal yang diingatkan oleh Paus Fransiskus, bahwa tidak ada keluarga yang sempurna! Tetapi Allah hadir dalam keluarga yang rapuh, sederhana, dan terbuka satu sama lain.
Pada perayaan Hari Raya Keluarga Kudus tahun 2015 lalu, beliau berkata:
"Di dalam keluarga, kita belajar untuk saling berbagi, untuk saling meminta maaf, dan untuk berani memulai kembali."
Paus Fransiskus menegaskan bahwa tidak ada hal yang datangnya secara instan atau terlalu sempurna dalam keluarga; itu akan datang melalui proses yang tidak selalu mudah.
Dalam proses itulah kita belajar mencintai, mengampuni, dan hadir satu sama lain untuk memberi dukungan atau untuk mendengarkan.