Mohon tunggu...
Tesalonika Hasugian
Tesalonika Hasugian Mohon Tunggu... Kompasianer 2024

Menyelami komunikasi pada bidang multidisipliner.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Menerima Diri Sendiri adalah Proses Terbaik Melanjutkan Hidup

27 Juli 2025   05:00 Diperbarui: 27 Juli 2025   05:07 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Diri Sendiri (Sumber: Unsplash)

Pernahkah kamu melihat seorang anak kecil belajar naik sepeda?

Ia jatuh berkali-kali, lututnya terluka, kadang menangis. Tapi tak ada yang berkata, "Kamu bodoh!" atau "Kenapa nggak bisa-bisa sih?" Sebaliknya, kita akan bilang, "Ayo, coba lagi. Namanya juga belajar."

Tapi lucunya, ketika kita dewasa dan jatuh dalam kehidupan, kita malah menjadi hakim paling kejam bagi diri sendiri. Kita lupa bahwa kita pun masih belajar; belajar menjadi manusia yang lebih baik.

Luka yang Tak Disadari: Ketika Diri Sendiri Tak Kunjung Dimaafkan

Sering kali kita bisa memaafkan orang lain, tapi tidak untuk diri sendiri. Kita terus menyalahkan diri atas pilihan-pilihan di masa lalu.

"Kenapa aku nggak lebih berani?"; "Seandainya aku nggak bilang itu..."; "Coba waktu itu aku tahan diri, pasti gak begini."

Kita menyimpan penyesalan seperti membawa ransel penuh batu. Berat dan melukai punggung, tapi enggan kita letakkan. Padahal tak ada gunanya membawa beban yang tak bisa diubah.

Kesalahan masa lalu bukan identitas. Ia hanya bagian dari perjalanan. Kita semua adalah orang yang sedang bertumbuh.

Menerima Diri: Proses Panjang, Tapi Penuh Harapan

Bayangkan kamu sedang memulihkan sebuah taman yang sempat terbengkalai. Rumput liar tumbuh, bunga-bunga mati, tanahnya kering.

Namun sedikit demi sedikit, kamu membersihkannya, menyiramnya, menanam kembali benih baru. Begitu pula dengan dirimu.

Menerima diri bukan berarti berpura-pura tak ada luka. Namun seperti merawat taman perlu sabar, pelan-pelan, dan konsisten.

Kamu belajar untuk tidak membenci bagian dirimu yang pernah gagal. Kamu memberi kesempatan untuk mencoba lagi tanpa harus sempurna.

Memaafkan diri sendiri adalah pupuk terbaik untuk pertumbuhan batin.

Tanpa itu, kamu hanya akan hidup dalam bayangan diri yang tak pernah diberi kesempatan untuk berubah.

Kamu Tak Harus Sempurna Dulu Untuk Layak Dicintai

Kalau hari ini kamu merasa tertinggal, terlalu banyak salah langkah, dan masih menyimpan sesal; berhentilah sejenak.

Lihat sejauh apa kamu telah bertahan. Ingat bahwa kamu tidak lagi orang yang sama seperti dulu. Peluk dirimu sendiri dan bisikkan, "Aku boleh gagal, boleh salah. Tapi aku juga layak tumbuh, mencoba lagi, dan dicintai."

Perjalanan itu akan jauh lebih ringan jika kamu berhenti menghakimi, dan mulai menerima.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun