Mohon tunggu...
Tesalonika Hasugian
Tesalonika Hasugian Mohon Tunggu... Kompasianer 2024

Menyelami komunikasi pada bidang multidisipliner.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Penantian Panjang di Balik Status "Open to Work"

12 Mei 2025   21:00 Diperbarui: 12 Mei 2025   20:09 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Menanti (Sumber: Unsplash)

Padahal, ada juga yang sudah coba kirim lamaran ke puluhan tempat tanpa hasil. 

Menjadi pengangguran bukanlah pilihan yang menyenangkan, dan tentu bukan hal yang mudah untuk terus bangun pagi, memperbarui CV, dan memotivasi diri sendiri untuk mencoba lagi.

Di tengah semua itu, media sosial memperparah tekanan. Melihat teman-teman seangkatan sudah mendapat pekerjaan, memulai usaha, atau bahkan menempuh studi lanjut, bisa menimbulkan perasaan tertinggal dan tidak cukup.

Perbandingan ini kadang terasa kecil, tapi dampaknya bisa besar. Mental health sering kali jadi korban dalam penantian panjang yang tidak pasti ini.

Perlu Dukungan, Bukan Sekadar Kata Semangat

Yang sering luput disadari adalah bahwa pengangguran, apalagi dalam waktu lama, bisa berdampak pada cara seseorang melihat dirinya sendiri.

Dari merasa cukup percaya diri saat lulus, lama-lama bisa tumbuh perasaan gagal, malu, dan bahkan tidak pantas untuk mendapatkan pekerjaan. 

Ini bukan semata-mata masalah malas atau kurang usaha. Ini adalah hasil dari sistem yang belum memberi ruang yang cukup bagi anak muda untuk bertumbuh secara bertahap.

Apa yang dibutuhkan bukan saran klise seperti “sabar aja” atau “coba apa aja dulu.” 

Yang dibutuhkan adalah ruang aman untuk belajar tanpa dihakimi, kesempatan nyata untuk berkembang, dan komunikasi yang membangun, bukan menyudutkan. 

Kita perlu membangun narasi baru bahwa mencari kerja juga bagian dari proses, dan proses itu tidak harus disertai rasa malu atau tekanan sosial yang berlebihan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun