Padahal, ada juga yang sudah coba kirim lamaran ke puluhan tempat tanpa hasil.
Menjadi pengangguran bukanlah pilihan yang menyenangkan, dan tentu bukan hal yang mudah untuk terus bangun pagi, memperbarui CV, dan memotivasi diri sendiri untuk mencoba lagi.
Di tengah semua itu, media sosial memperparah tekanan. Melihat teman-teman seangkatan sudah mendapat pekerjaan, memulai usaha, atau bahkan menempuh studi lanjut, bisa menimbulkan perasaan tertinggal dan tidak cukup.
Perbandingan ini kadang terasa kecil, tapi dampaknya bisa besar. Mental health sering kali jadi korban dalam penantian panjang yang tidak pasti ini.
Perlu Dukungan, Bukan Sekadar Kata Semangat
Yang sering luput disadari adalah bahwa pengangguran, apalagi dalam waktu lama, bisa berdampak pada cara seseorang melihat dirinya sendiri.
Dari merasa cukup percaya diri saat lulus, lama-lama bisa tumbuh perasaan gagal, malu, dan bahkan tidak pantas untuk mendapatkan pekerjaan.
Ini bukan semata-mata masalah malas atau kurang usaha. Ini adalah hasil dari sistem yang belum memberi ruang yang cukup bagi anak muda untuk bertumbuh secara bertahap.
Apa yang dibutuhkan bukan saran klise seperti “sabar aja” atau “coba apa aja dulu.”
Yang dibutuhkan adalah ruang aman untuk belajar tanpa dihakimi, kesempatan nyata untuk berkembang, dan komunikasi yang membangun, bukan menyudutkan.
Kita perlu membangun narasi baru bahwa mencari kerja juga bagian dari proses, dan proses itu tidak harus disertai rasa malu atau tekanan sosial yang berlebihan.