Hanya dengan begitu, nasihat untuk menikmati masa muda tidak lagi terdengar sebagai ironi, melainkan bisa benar-benar diwujudkan.
Ukuran keberhasilan bukan sekadar pertumbuhan ekonomi atau jumlah investasi yang masuk, melainkan rasa aman dan sejahtera yang benar-benar dirasakan.
Percaya diri tumbuh di masa menunggu. Artikel ini refleksi fresh graduate tentang proses, menulis, merawat diri, dan berani menghadapi ketidakpastian.
Masih scroll TikTok tiap malam? Yuk alihkan energi itu ke LinkedIn tempat kariermu bisa benar-benar tumbuh.
Komitmen, integritas, dan profesionalisme para pengelola S2 bisa meluruskan motivasi yang belum begitu lurus.
Lulusan Perhotelan nekat jadi sales properti di tengah pandemi. Tanpa mentor & pengalaman, modalnya cuma satu: gak mau nganggur. Tiga bulan pertama
Magang bukan cuma soal menambah pengalaman kerja, tapi juga belajar menghadapi rasa minder, atasan yang tegas, hingga cara beradaptasi dengan sekitar.
Mendapat pekerjaan tidak melulu hanya sebatas "yang penting kerja". Kita bisa memilih pekerjaan secara rasional, dan metode MABAC bisa kamu gunakan.
Gaji ideal fresh graduate itu minimal 1,5–2x UMR. Bukan cuma soal angka, tapi juga cara ngatur duit biar bisa hidup mandiri.
Ijazah saja tak cukup! CEO Sertifikasiku di podcast GP Ansor bahas mengapa sertifikasi kompetensi jadi kunci lolos HRD. Simak tipsnya! #Sertifikasi
Tetap bertahan di pekerjaan kita sekarang bukan berarti pasrah.
Karier bukan lomba cepat-cepat kaya, bukan juga kontes siapa yang paling cepat naik jabatan.
Apakah MT ini bersifat rotasi multi-divisi, pengembangan kepemimpinan, atau hanya topeng dari sistem target bulanan?
Lulus S1 belum kerja? Tenang, kamu nggak gagal. Baca dulu artikel ini, biar lega dan paham.
karier fresh graduate
Dunia kerja menuntut kesiapan lebih dari sekadar nilai akademik. Simak strategi menyeluruh agar siap menghadapi tantangan profesional hanya di sini!
Saat ini masih banyak sarjana-sarjana yang belum mendapatkan pekerjaan. Padahal jenjang pendidikan yang ditempuh lebih tinggi dibanding lulusan SMA
ndonesia hadapi paradoks ketenagakerjaan: lulusan melimpah tapi lapangan kerja terbatas.
Pencari kerja tidak menuntut perlakuan istimewa. Mereka hanya ingin dihargai.
Kandidat yang memiliki wawasan luas dan pengalaman organisasi, cukup menarik perhatian HRD.