Mohon tunggu...
Nurul Chojimah
Nurul Chojimah Mohon Tunggu... Dosen Pascasarjana UIN Sayyid Ali Rahmatullah (SATU) Tulungagung

Hobi: membaca, meneliti, dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dari S1 ke S2 tanpa Jeda: Pelarian kah?

24 Agustus 2025   12:32 Diperbarui: 24 Agustus 2025   12:32 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wawancara dengan Camaba S2 yang masih sangat belia (Dokumentasi Pribadi)

Sebagian besar dari mereka masih sangat belia. Itulah kesan yang muncul di benak saya ketika saya menguji calon mahasiswa baru di Prodi Magister Tadris Bahasa Inggris Pascasarjana UIN Sayyid Ali Rahmatullah (SATU) Tulungagung. Wajah mereka tampak masih sangat segar, khas anak muda. Hampir semua adalah fresh graduate. Ada yang lulus tahun 2024, dan sebagian besar lulus tahun 2025. Mereka menggunakan Surat Keterangan Lulus (SKL) untuk mendaftar karena ijazah belum keluar.

Fresh graduate langsung lanjut S2 memang sudah menjadi fenomena umum. Di semua prodi S2 di berbagai kampus bisa kita jumpai wajah-wajah belia, wajah-wajah fresh from the bachelor degree. Bahkan, di prodi yang membuka program fast track, bangku S2 banyak diisi oleh mahasiswa S1 yang hampir lulus. Biasanya mereka menyelesaikan skripsi dan menempuh S2 berbarengan.

Fenomena ini layak disambut dengan syukur dan gembira. Antusiasme mereka melanjutkan ke jenjang S2 menandai bahwa kesadaran masyarakat terhadap pendidikan sangat tinggi. Masyarakat sepertinya menyadari bahwa ilmu yang diperoleh di pendidikan formal harus terus ditingkatkan. Pendidikan dianggap sebagai modal strategis untuk menatap masa depan yag lebih baik.

Di sisi lain, fenomena ini juga menimbulkan pertanyaan. Apakah benar mereka mengambil S2 langsung setelah lulus S1 murni karena ingin mendalami ilmu yang dirasa sangat kurang? Ataukah justru karena kurang percaya diri dengan bekal ilmu dari S1? Keputusan mengambil S2 bisa jadi karena kekhawatiran menghadapi realitas tentang persaingan yang sedemikian ketat? Perlu diingat bahwa angka pengangguran lulusan S1 sedemikian tinggi. Dengan kata lain, pilihan langsung S2 mungkin bukan semata-mata karena semangat akademik yang menyala-nyala melainkan bisa jadi sebagai strategi bertahan agar tidak menjadi bagian dari pengantri kerja. Untuk memastikan hal ini memang perlu riset yang serius, yaitu riset dengan metodologi kuat dan tepat sehingga bisa ditemukan gambaran sebenarnya.

Karenanya, perlu ada refleksi lebih mendalam bagi para fresh graduate sebelum memutuskan untuk langsung ambil S2. Melanjutkan studi S2 bukan pilihan keliru, tetapi seyogyanya dilandasi oleh motivasi yang pas: keinginan dan dorongan untuk menjadi pribadi yang lebih kompeten. Jika semata-mata dijadikan pelarian dari sulitnya mencari kerja, maka gelar akademik Master belum tentu bisa menjadi solusi.

Pendidikan tinggi adalah investasi jangka panjang. Keseriusan, pengorbanan, dan arah yang jelas adalah keniscayaan jika ingin berhasil. Maka, keputusan mengambil S2 langsung setamat S1 sebaiknya bukan semata-mata karena mengikuti trend, melainkan keputusan yang berkesadaran dan bertanggung jawab. Jika ini sudah dipegang, maka peningkatan kualitas diri dan kemampuan berkontribusi di masyarakat secara paripurna insya Allah bisa digapai.

Sebagai pengelola prodi di S2, apapun motivasi mereka masuk S2, antusiasme mereka saya sambut dengan sangat terbuka. Profesionalisme akan menjadi keseharian dalam mengangani mereka. Komitmen dan integritas akan menjadi style dalam menyelesaikan masalah mereka.  Harapan saya, perjalanan studi para mahasiswa fresh graduate ini benar-benar bisa menjadi proses pematangan diri. S2 bukan sekadar ruang untuk mengumpulkan teori, melainkan wahana untuk melatih ketajaman berpikir, memperluas wawasan, dan menumbuhkan sikap kritis sekaligus rendah hati, memperluas jejaring. Jika mereka mampu menjalaninya dengan sungguh-sungguh, terlepas dari motivasi awal mereka masuk, maka usia belia bukanlah penghalang untuk menjadi insan akademik yang matang, yang cerdas secara intelektual, sosial, dan spiritual. Komitmen, integritas, dan profesionalisme para pengelola S2 bisa meluruskan motivasi yang belum begitu lurus, bisa membetulkan yang belum sepenuhnya betul, dan bisa mengarahkan yang belum terarah.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun