Proses menua merupakan proses menghilangnya secara perlahan kemampuan, jaringan untuk memerbaiki atau mengganti sel, dan memertahankan fungsi normal. Perubahan lain yang terjadi meliputi perubahan fisik, mental dan psikologi, perubahan sosial dan spiritual.
Dampak yang dapat ditimbulkan dari setiap perubahan adalah penurunan daya tahan tubuh sehingga mudah terinfeksi, timbulnya penyakit-penyakit degeneratif, seperti penyakit stroke, jantung, radang sendi (arthritis), ginjal, diabetes, dll. Penyakit lain yang berhubungan dengan aspek psikologi dan mental adalah rasa cemas, depresi, sedih, kesepian, demensia dan Alzheimer. Yang berhubungan dengan masalah sosial yaitu kehilangan pekerjaan karena pensiun, ditinggal sendiri, kehilangan teman atau pasangan, tidak mempunyai tempat tinggal, tidak mempunyai sanak saudara atau keluarga yang mengurus.
Kondisi itu sangat membutuhkan bantuan orang lain yang mau, yang tahu dan bisa lebih memahami bagaimana mengatasi penurunan kondisi pada lansia yang ditunjang dengan keilmuan dan tingkat pendidikan yang professional. Hal ini menjadi ranah yang tepat bagi perawat profesional dalam mengembangkan bakti dan pengabdiannya terhadap warga lansia khususnya.
Perawatan lansia menghadapi berbagai tantangan, mulai dari masalah kesehatan hingga keterbatasan fasilitas. Namun, dengan adanya teknologi, peningkatan kesadaran, dan dukungan komunitas, ada banyak peluang untuk meningkatkan kesejahteraan lansia. Dengan kolaborasi antara keluarga, tenaga kesehatan, pemerintah, dan masyarakat, kita dapat menciptakan sistem perawatan lansia yang lebih baik dan berkelanjutan di masa depan.
Keterbatasan keluarga dalam pengetahuan merawat lansia, keterbatasan waktu dan tenaga, dan ketidakmampuan yang lain menjadi permasalahan serius bagi keluarga untuk mencari bantuan atau pertolongan dalam hal merawat para lansia itu.
Merawat lansia bukanlah beban, tetapi sebuah kehormatan. Dengan perhatian menyeluruh — baik fisik, emosional, maupun social — kita bisa membantu mereka menjalani masa tua dengan bahagia, aman, dan bermartabat.
Melihat kondisi di atas, suatu keluarga yang teridiri atas ayah-ibu, anak, menantu dan cucu, ingin ikut mengambil bagian dan peduli terhadap kebutuhan dan perawatan para lansia terutama lansia yang sakit, sebagai bentuk ibadah dan amal bakti kepada para lansia, agar pada akhir kehidupannya, mereka memeroleh rasa tenang, aman, nyaman, sehat, bahagia, bermartabat dan berharga bagi dirinya sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.
Melihat kenyataan bahwa semakin bertambah usia lansia, resiko untuk menjadi sakit semakin besar, maka mereka menyelenggarakan Rumah Perawatan Lansia “Titian Benteng Gading”. Rumah Perawatan Lansia ini mampu menerima lansia yang sakit, sejak dari rumah. Tenaga inti di Rumah Perawatan Lansia ini adalah tenaga perawat, dengan lulusan S-1 Keperawatan dan Profesi Ners.
Rumah Perawatan Lansia “Titian Benteng Gading” dikelola oleh Yayasan “Titian Benteng Gading”, yang berdiri dengan Akte Notaris Paulina SH., Tgl 21 November 2018 No. 02, Keputusan MenKumHam R.I Nomor AHU – 0016761.AH.01.04 Tahun 2018, dan Daftar Yayasan Nomor: AHU-0022043.AH.01.12.
Kehadiran Rumah Perawatan Lansia (RPL) ini, secara langsung membantu mengatasi permasalahan lansia dan keluarga-keluarga, Bersama masyarakat dan Instansi terkait (Poltekes, Stikes, Fakultas Kedokteran, Fakultas Gizi dan Pangan dll), mereka dapat menggantikan sebagian peran keluarga dalam merawat ibu, bapak, kakek atau nenek mereka. RPL itu juga dapat menjadi lahan praktek kejuruan bagi yang memerlukannya.
Pengurus RPL Titian Benteng Gading saat acara syukuran pembukaan (foto Dokpri)